Breaking News

Minggu, 06 Juli 2014

Puisi - Si Putih Lekat & Si Hitam Pekat

si putih lekat dan si hitam pekat oleh :HASRI
__________________________________________
ketika tangan kanan menuliskan namaku hasri
menggenggam kalam-penulis dengan jari-jemari
kertas putih dicengkeram kuat oleh tangan kiri
tentu dimaksud agar tidak geser kesana-kemari
agar kertas yang diukir jangan lari-berlari
sebuah contoh kerja-sama yang bisa membuat iri
tanpa bisa lagi dipungkiri
terutama pada orang yang sering lupa diri
————————————————————————–
ebony and ivory, side by side on my piano
si Joni dan si Mery, mas Said ketemu mbak Neno
ada siang yang benderang, … ada malam tanpa bintang
ada pesta dan riuh genderang, … ada hening sesenyap gubuk di ladang
itulah manusia, … yang hidup di dunia
dan begitulah dunia, … yang dihuni oleh manusia
karena lupa diri dilanjutnya usia, … hidup akan sia-sia
tahu diri sebagai manusia, … Tuhan menggenggam rahasia
when you say is nothing, … ketika semua bagimu hanya selenting
however it may for me is something, … untukku itu sesuatu yang berdenting
just to talk you can get anything, … untukmu apa pun bisa disunting
that’s all you can get by hunting, … untukmu apa pun bisa dibabat gunting
but for me it’s very interesting, … tapi memang bagiku itu sangat penting
it make me throw falling … dan memang membuat aku terpelanting
there goes my everything, … semua milikku pergi jauh menggelinding
and God said to Cain, … balada tentang sekeping coin
diciptakan di antara ribuan keping yang lain, … senangnya bukan-main
kedua sisinya mengkilat dan licin, … yang melihat pasti kepingin
kedua sisinya beda dibikin, … tapi saling bersatu dalam panas dan dingin
sayang dari hari ke hari terasa ada yang semakin, … beda dalam yakin
salah satu sisi pun ingin, … bebas lepas tanpa ikatan lahir-batin
running in the rain, … menapak dalam hujan lebat disertai angin
tiada lagi kasih terjalin, … yang tak tergambar oleh tulisan yang disalin
jadi kini di sisi bergambar mawar yang indah di-disain, … disebut saja sisi lain
di sisi bergambar pedang bergagang kayu ulin, … juga disebut sisi yang lain
sisi yang lain tidak mau lagi satu sekain, … atau bersama riang bermain
membuat sisi lain, … terpaksa pergi dengan hati yang terpilin
hidup seperti bunga rampai, … banyak ragam yang akan dijumpai
dan aneka peristiwa akan sampai, … meski tidak semuanya menyerupai
ada yang indah teruntai, … namun ada yang hilang pesona terjuntai
karena ingin hidup saling mencintai, … tapi kadang-kala ada kebencian mengintai
hidup bagai bunga yang dirangkai, … dipetik setiap kuntum dari tangkai
sayang dalam bungaku yang terangkai, … ikut terselip bunga bangkai
seorang pria pantas disebut mapan, … jika dalam hidupnya punya dua perempuan
keduanya sangat berarti dalam kehidupan, … di sanalah cinta sejati bertuan
ibu kandung yang melahirkan, … dan isteri yang dipersandingkan
keduanya sama penting dibadan, … tapi juga beda untuk diteladan
seorang ibu jika dipersembahkan padanya lautan, … kasihnya belum terbalaskan
seorang isteri jika diberi pegunungan, … hatinya belum tentu akan terpuaskan
begitulah, tapi jangan cepat sinis, … setiap ibu dulunya adalah seorang gadis
setelah disunting oleh lawan jenis, … jadilah isteri syah dari sebuah etnis
ketika melahirkan anak-anak manis, … disebutlah dia ibu si Ninis
tamsil di atas jangan membuat meringis, … apalagi sampai menangis
karena berbahagialah sebagai ibu yang humanis, … kasihnya besar terwaris
dan stigma sebagai isteri yang materialis, … smash saja jauh-jauh bagai bola tenis
alkisah sebuah hikayat, … tentang perilaku umat dalam riwayat
ada yang bermartabat, … tapi harus tersungkur oleh si pengembat
dikisahkan yang berperilaku cermat, … menghadapi orang tidak terhormat
saat ada yang memberi manfaat, … di situ juga ada yang suka mudarat
menerima dengan hati kuat, … biar lunglai oleh perilaku bejat
memohon dengan rela yang terhajat, … walau habis-habisan di hujat
sejenak pernah merasa jadi orang top, … padahal cuma kelakar April mop
karena rasa itu harus distop, … ketika menerima sebuah amplop
ada surat berlogo pengadilan agama sebagai kop, … tubuh seperti disekop
hilang gairah mendengar lagu pop, … apalagi irama hiphop
lalu derita hidup menjadi klop, … seakan dihajar dan dilempar sepatu-slop
lalu di kocok seperti sirop, … bersukur tangan masih bisa pencet laptop
hidup tidak perlu ngotot, … jangan pernah mengandalkan otot
hindari mata yang melotot, … jangan menggantikan fungsi lampu sorot
jangan terbiasa main sabot, … kalau bisa lawan dunia dengan potlot
karena di dunia perlu ada pilot, …selain para bangsawan kolot
jadilah number one dan berbobot, … hindari orang yang suka memelorot
lebih baik jadi pengrajin rokok klobot, … atau iseng buka kartu tarot
tidak usah banyak protes, … karena semua ini adalah sebuah proses
tidak usah membuat buku notes, … karena kebaikan pasti tidak masuk peti-es
biarkan tetes demi tetes, … lama-lama pasti tinggi melebihi pohon kates
hidup ini tidak usah dipites, … biarkan hidup saling mengakses
jangan merasa bagai ikan pepes, … meski pun hidup selalu saja apes
jangan membuatnya kempes, … karena semua juga pasti bisa beres
meski perih di hati terasa mantap, … ketika rasa di jiwa tersuir dan disantap
agar tidak lemah meratap, … berusahalah kekerasan jangan lagi ditatap
melangkah ke depan hati yang tetap, … dan jangan mau dalam diam menetap
ketika tidak ada lagi yang diharap, … bagaikan sawah yang tidak tergarap
karena tubuh sudah tiarap, … tidak ada peluang kecuali mengkurap
diri dihindari seakan penuh kurap, … komplikasi sakit sarap
ketika semua inspirasi, … buyar oleh ketakutan dimutilasi
ketika yang setia bagai padi-berisi, … di sisi yang lain mengakuisisi
ketika irama seperti berada di luar sisi, … karena dimainkan tidak serasi
dibiarkan luka menjadi infeksi, … karena tidak terniatkan menginjeksi
yang tadinya memegang sebuah seksi, … kini harus minggir terseleksi
oleh yang gagal menghadirkan saksi, … untuk pembuktian siksa jadi tradisi
ketika menanti dengan risau, … saat-saat akan teriris mata pisau
mengharap-harap jangan sampai galau, … saat-saat akan jauh terhalau
semangat menunggu kalau-kalau, … rasa benci mulai tidak lagi berkilau
meredam rasa malu, … di saat sang-pengadil mengetuk palu
meratap dengan pilu, … saat-saat harus terluka dengan sembilu
menatap dengan lidah kelu, … disaat yang lain menoleh sambil lalu
ketika dengan hati yang suci, … harus kalah oleh perangai sekeras guci
ketika air bening dalam poci, … ditukar dengan kalimah yang mencaci
saat kamar sudah terkunci, … dan ketika hidup disetarakan dengan kelinci
saat dianggap banci, … dan boleh di lempar dengan panci
waktu kebaikan yang diterima sangat dirinci, … dan dihitung inci demi inci
waktu pengabdian disimpan dalam mesin-cuci, … atau dibungkus kain kaci
ketika yang bermain cantik, … menyerah kalah oleh lihai taktik
ketika kembang berputik, … gugur sebelum waktu yang pantas terpetik
karena api di hati yang tetap memercik, … kalah oleh perilaku licik
padahal ketika masih hidup sebilik, … tidak ada masalah yang teramat pelik
karena sama-sama menjadi pemilik, … dan karena bersama-sama menilik
membesarkan anak hingga balik, … karena yakin dituntun sang Khalik
saatnya menerima pasrah, … meski dihadang oleh rasa marah
menerima saja dengan tabah, … biar pun diperlakukan sangat gegabah
meski pun tangis tumpah, … sakit dan perih oleh serapah
tapi pantang menurunkan sumpah, … agar tidak seperti sampah
maka lebih baik banyak berbuat seolah, … daripada ikut berbuat salah
maka lebih baik memelihara hati indah, … agar hidup jadi lebih mudah
dulu pernah bahagia jadi manten, … duduk anggun berbeskap dengan klompen
di pelaminan diterangi lampu setara halogen, … ingat dulu kini terasa kangen
rumah punya halaman berikut garden, … di halaman tidak sengaja tumbuh kersen
tapi hidup memang tidak permanen, … masa berbuah berlalu usai masa panen
kini hidup seperti nomaden, … meski pernah hidup seperti seorang raden
berdiri mengintip di balik gorden, … jika lewat si denok bakul-jamu yang sinden
hidup ini memang sebuah rotasi, … berpacu dengan motivasi
di sisi lain bukan hanya sebatas ilustrasi, … maka perbanyak kombinasi
diri lebih baik dievaluasi, … supaya bisa terjadi harmonisasi
isi dengan banyak hal yang bervariasi, … dan tidak terlalu berekseptasi
karena hidup lagi berkompetisi, … kalah dan menang sudah terkondisi
hidup bukan dibalik kisi-kisi, … yang bangun hanya berdiri dengan sebuah visi
telah bertahan meski dengan berdebar, … ketika api garang berkobar
menerima dengan senyum mekar, … walau harus sakit oleh ulah sang pendekar
karena hidup harus dibuat tegar, … seperti seorang seniman yang hidup di sanggar
karena di hati ada mawar, … untuk pengimbang perilaku yang berhati-tawar
agar lega menerima caci-maki kasar, … dan menganggap cuma kokok ayam bekisar
ke mana pun pergi tetap bersikap wajar, … meski tidak henti rasa sesak mengejar
ketika terasa terkena sebuah gada, … jiwa dalam raga terasa sudah tiada
diterima saja dengan lapang di dada, … walau pun ditantang dengan tepuk-dada
diterima saja dengan canda, … meski itu pun dianggap salah agar kena denda
andai bertemu lagi seorang adinda, … tidak peduli apakah dia butuh figur kakanda
karena usia seorang baginda, … berjalan terus tidak tertunda
dan tidak elok lagi punya agenda, … memasang janur mendirikan tenda
lebih baik hati menjaga nirmala, … yang di lubuknya terdalam tersimpan gemala
karena yang rajin membuat pahala, … pasti tidak akan pandai menebar bala
karena yang tahu benak di kepala, … bukan dari orang-orang yang segala
karena berbusana yang tidak kadang-kala, … harus sesuai dengan tingkah pola
menghadiri pengajian berkala, … tapi tidak memetik hikmah kecuali manisan pala
jadi lebih elok menebar jala, … agar memperoleh banyak ikan nila
saat tampil dengan hati teduh, … tapi ternyata melawan kumpulan tukang teluh
kini harus menyingkir jauh, … karena tidak ada lagi tempat berlabuh
di mana hati tidak lagi gaduh, … saat di sisi yang lain genderang perang ditabuh
di mana jiwa tidak lagi berkeluh, … melupakan kalau pernah merintih dan mengaduh
di mana ingin hidup bersungguh-sungguh, … biar pun berdarah dan berpeluh
di sini harus dapat angka sepuluh, … sudah terlalu lama warna-diri tersepuh
dan pagi datang bagai melepas diri dari sabut, … di tempat ini tak terkatakan kabut
embun yang singgah bernafas lembut, … bahagia namanya disebut-sebut
di dahan ada tetes yang menggelayut, … sudah sejak dulu di jaman nenek-buyut
di sini tidak ada yang saling berebut, … tidak perlu tergesa-gesa dikebut
di sini tidak ada yang ribut, … karena sesama mahluk bagai gayung bersambut
di sini tidak ada yang tercerabut, … meski pun hanya untaian sehalus serabut
mendengar bisikan serangga, … serasa titipan pesan-simpati para pujangga
bahwa lebih baik yang tersisa saja dibangga, … yang musnah biarkan ditelan naga
kini lebih baik mandi mencari telaga, … karena di sini jauh dari dermaga
biarkan saja jiwa ini tetap di dalam raga, … dan semoga bisa tetap terjaga
tidak usah mengusik yang berwarna saga, …karena dia mungkin cuma tembaga
disepuh saja agar bisa di peraga , … biar pun tidak mempunyai lembaga
ketika itu ada rasa ikhlas, … mau tidak mau tersingkir oleh perilaku culas
bayangkanlah kalau rasa welas, … di gugat oleh orang jang tidak-jelas
bila di sisi lain ada ubi ada talas, … eloknya di sisi yang lain lagi ada budi ada balas
di sini hidup layaknya emas, … di sisi yang lain hati selalu dibuat cemas
hidup di sini dengan hati riang biar gemas, … lihatlah di sana sukma terasa lemas
di sini perasaan sangat di lumas, … tapi di sisi yang lain dipatri dalam peti-kemas
di sini tanpa guru bisa pandai, … cukup memandang cermat jalanan landai
menapak jalan berhati-hati pun sudah memadai, … agar jiwa tidak ternodai
sebab hidup ini tidak berandai-andai, … karena dunia tidak selebar kain cindai
di sisi lain manusia berperangai, … tapi di negeri yang lain singa juga menyeringai
bila pandai mendayung di sungai, … biduk akan tiba tanpa ada pusara dibungai
meski terasa sudah habis dalam lunglai, … tapi permainan baru di mulai
teringat ketika menawarkan opsi damai, … tanpa ampun dihajar beramai-ramai
ingin rasanya menawarkan gerimis yang rinai, … penawar dendam yang disemai
di sini ibarat padi hampir dituai, … Insya Allah nanti hutang bisa dibayar tunai
di sini angin memang semilir membuai, … semuanya terjadi sangat sesuai
mahluk di sini tidak ada yang lalai, … tidak seperti di negeri lain yang abai
di sini malam hari tidur mudah terkulai, … meski siangnya makan tanpa gulai
hidup tidak mengijinkan lagi perilaku santai, … lakoni biar jalan terpuruk gontai
bagai elang dengan kaki dirantai, … tidak bisa jauh terbang ke pantai
banyak tingkah bisa kena dibantai, … karena banyak mata sedang mengintai
semua apa pun yang dicintai, …diberikan saja tanpa syarat jika dimintai
kalau tahu di sini ada teratai, … jangan lagi mencari pohon petai
tidak akan kesasar jatuh di lantai, … jikalau melangkah berpandai-pandai
ada yang luhur berbudi pekerti, … tapi tidak berdaya melawan batangan kayu jati
seorang dengan jiwa yang berempati, … tidak berdaya di hadapan yang tanpa hati
ada yang suka bersimpati, … tetapi ada juga yang memelihara antipati
di sisi lain hajat dinikmati, … tapi di tempat yang lain lagi sulitnya setengah-mati
di sisi lain terbilang dirahmati, … tapi di sisi yang lain lagi gerak-gerik pun diamati
biar bukan kaum selebriti, … tetapi dikejar andai pun sembunyi di dalam peti
saat datang dengan hati yang murni, … di hadapan angkara berwarna-warni
tetap menerima dengan hati nurani, … meski dihempaskan oleh tirani
di sini telah menanam bunga seruni, … penyejuk bagi mereka para pemberani
di sini bisa bangun sangat dini, … di negeri yang lain tidak bisa seperti begini
di sini seolah menunggang kuda sembrani, … menelusuri kaki pegunungan Rinjani
di tempat lain hidup cuma menjadi kerani, … tetapi dijalani saja dengan cara berseni
di sini ada pelangi, … ketika di sisi yang lain hidup selalu dipecundangi
ketika yang harum mewangi, … tersudut di hadapan yang tega menelanjangi
di sini terasa bau daun kemangi, … di negeri yang lain aroma itu banyak dikurangi
tidak apa memilih hidup sunyi, … menghindarkan diri dari banyak bunyi
memilih hidup bersembunyi, … karena mulut sumbang sedang menyanyi
di sini tidak perlu lagi menjadi penyanyi, … sudah banyak sinden yang disapa nyi
ketika yang berhati tulus, … ketemu dengan yang berakal bulus
bagaimana jika perasaan yang halus, … dipanggang agar hidup tidak mulus
tapi di sini bagai tersesat di taman firdaus, … di sisi lain ada oase tapi hidup haus
seolah terbaring lelah di hutan pinus, … karena lari menghindari pedang terhunus
di sini hidup dijalani dan harus lulus, … karena di sisi lain tergoda etika fulus
karena di sini hidup serius, … di sisi lain hidup terpaksa seperti dibius
saat membiarkan rasa tresna-asih, … tersingkir oleh fitnah yang fasih
membiarkan semua bagi sang kekasih, … tanpa mengharap imbalan terima-kasih
karena hati itu ternyata ada masih, … dan selalu ada menyertai dengan tetap bersih
karena di sini dedaun ikut bertasbih, … bermunajat pada yang Maha Pengasih
di sini ternyata hilang pedih, … di sebuah sudut yang lain darah banyak mendidih
di sini semua yang dimakan terasa gurih, … di ujung sana tenggorokan perih
ketika tampil dengan etika, … lalu hancur dihadang si angkara murka
ketika datang membawa suka, … tetapi di lumat agar menjadi duka
di sini buku diary kembali dibuka, … mau mengukir yang pernah membuat luka
di sini mulai lagi merangakaikan rangka, … biar pun dari batang kayu nangka
lalu berusaha berbaik sangka, … biar pernah dibelah-belah bagai buah semangka
kelakuan elok yang sudah langka, … biarlah dihabisi hingga tinggal kerangka
maka hidup bersahaja, … agar jauh dari perilaku seorang maharaja
maka berbuat baik saja, … daripada kepalan setia selalu menggebrak meja
di sini menikmati makanan dari tukang jaja, … tanpa harus mengenakan topi baja
di sini tidak banyak tempat berbelanja, … tidak tepat untuk orang yang manja
di sini gampang buang tinja, … tidak takut lagi dihadang oleh seorang ninja
di sisi lain yang berbenda bagaikan raja, … begitulah kalau harta yang dipuja
ketika rasa kasih-sayang, … musnah oleh caci yang menggentayang
lalu apa yang di angan sering membayang, … di biarkan saja melayang
bagai seorang dayang, … yang dinoda hingga putus bagai layang-layang
di sini padang luas membentang, … bukan panas semak belukar kerontang
di sini bisa berdiri dengan menantang, … tetapi bukan sikap mentang-mentang
di sini tidak ada yang dipantang, … di sisi yang lain takut ada yang lebih lantang
dengarlah indah hati bersenandung, … lupakan tubuh yang digiring tersandung
di sini bagai dipeluk ibu kandung, … karena di sana hidup tidak terlindung
lihat di sini tidak ada mendung, … alam tidak mau sia-sia bunda mengandung
di sini penuh embun menggantung, … kalau mau bersyukur hidup pasti beruntung
di sini hidup dengan berjantung, … setelah lama berdiam agar tidak buntung
di sini hidup tidak luntang-lantung, … tidak akan dipandang seperti si lutung
di sini tidak banyak penduduk, … jalan kemana-mana tidak perlu sambil menunduk
kecuali dikepala ada sepasang tanduk, … itu pun karena mau menyeruduk
bahkan mandi pun tanpa handuk, … menunggu badan kering makan nasi uduk
di sini tidak ketemu akal pelanduk, … atau orang usil yang melubangi biduk
di sini enak berbaring atau duduk, … tidak akan merinding bulu kuduk
tidak terengar lagi ada yang meleduk, … atau membuat amarah menggunduk
di sini yang terbaik adalah zikir, … sambil menggunakan fikir
di sini tidak usah cemas sebagai fakir, … Tuhan tidak pernah berlaku kikir
asal ibadah jangan mangkir, … apalagi kalau disertai perilaku yang terjungkir
di sini yang buruk di benak biar di singkir, … kebaikan jangan cuma ditakar secangkir
di sini kebaikan jangan di sampir, … agar kasih sayang singgah mampir
jangan selalu berbuat ketika sudah hampir, … lakukanlah lampir demi selampir
pernah mencoba menawarkan madu, … agar hidup kembali bisa berpadu
meski pun ternyata akhirnya tersedu, … karena diasup oleh pahitnya empedu
terkadang di hati ingin sekedar mengadu, … karena perilaku para tukang-adu
tapi lebih elok menikmati buluh perindu, … karena di sini jiwa selalu merindu
di sini ingin membuang sendu, … karena di sisi lain derita malah dipandu
bagai tidur diatas kapuk-randu, … di dunia yang lain belum ajal disiapkan tandu
elok mendengar burung berkicau, … daripada dengar mulut menceracau
mendengar nyanyian rindu dari dangau, … jauh dari bising suara yang mengacau
di sini bisa memanggil burung bangau, … padahal menyanyi pun bersuara sengau
lihat di sini mentari kemilau, … di negeri lain yang jauh sinaran kacau balau
di sini apa saja indah berkilau, … di negeri yang lain apa saja membuat mata silau
di sini bagai di sebuah pulau, … di tempat yang lain hidup banyak berjikalau
di sini bukan tanah wakaf, … tapi di sini bebas berhalusinasi ikut tawaf
di sini seolah berada di depan pada sebuah shaf, … sepanjang malam bisa i’tikaf
kenapa baru sekarang datang insyaf, … setelah hidup banyak berbuat khilaf
padahal diri bukan seorang mualaf, … atau pernah kena gangguan syaraf
di sini tidak perlu lagi minta maaf, … karena di hati mungkin ikhtilaf
mulai rajin membaca mashaf, … agar hidup bangkit dan punya taraf
di sini tidak perlu ada hitungan tarif, … semua dilakukan dengan arif
mulai rajin membaca dari alif, … dan baru sadar kalau hidup harus punya motif
di benak mulai harus tumbuh rasa yang positif, … membunuh sifat negatif
di sinilah merasa seorang syarif, … bukan merasa seolah seorang sherif
manfaatkan usia yang relatif, … roda kehidupan bagai kerja otomotif
jangan memelihara dengan massif, … keburukan yang dilakukan kreatif
karena mencinta wanita, … tidak selalu bahagia seperti yang dicita-cita
meski pernah duduk di sebuah tahta, … lalu sekarang berjalan seperti orang buta
karena beginilah di kala rasa cinta, … kalah dentang oleh suara genta
sebab apa yang diminta, … belum tentu sesuai dengan yang tertulis tinta
kalau terwujud separuh yang dipinta, … tidak usah cemas bagai terlunta-lunta
di sini bagai tamu di negeri Dusyanta, … tidak terpanggang panas surya kanta
di sini hati tenang tidak dag dig dug, … di sisi yang lain riuh bagai tetabuhan bedug
tiada teman agar bisa urun-rembug, … tapi tidak pernah ada suara menggedebug
di sisi lain hidup seperti the frog, … melompat dari pematang ke gedebog
dalam dunia pewayangan seperti si Togog, … mana bisa punya twitter atau blog
tiada terdengar lagi suara gledeg, … andai pun di tengah upacara tradisi grebeg
ketika di sisi lain masalah tumpleg-bleg, … jadi tidak mungkin menjadi caleg
Tuhanku!
kinikah semua ini usai, … angin kencang ini terlalu dahsyat disertai hujan badai
sudahkah di sini semua ini selesai, … oleh riuh rendah buruknya perangai
saatnyakah kini aku bebas dari ayunan belalai, … agar kembali wajar tanpa bengkalai
sekarang inikah bisa aku mulai, … menata lagi hidup dengan rasa permai
aku yang pernah Kau jadikan mempelai, … bersanding dengan yang gemulai
berikanlah aku lagi buah ceremai, … yang bisa membuat di hati jadi damai
tapi bila semua belum usai karena itu titah, … dan kalau itu adalah perintah
belum selesai agar tercatat kelam sejarah, … meski semua akan habis terjarah
maka turunkan lagi yang lebih parah, … bahkan sampai yang berdarah-darah
biar jangan diminta aku tidak akan berserah, … tapi padaMu semua terserah
karena siapa yang menyerah, … dia sudah pasti disebut yang kalah
padahal aku cuma mau mengalah, … agar tidak ada yang terkena tulah
karena Kau turunkan hati yang lebar, … di kala ancaman ditebar
karena Kau kirimkan rasa sabar, … bersama indahnya kabar
karena Kau redamkan yang sesumbar, … biar pun duka tak tergambar
karena Kau hilangkan rasa lapar,… di tempat aku kedinginan terkapar
karena Kau halangi yang datang menampar, … di tempat aku terdampar
karena Kau hamparkan tikar, … di tempat aku terdiam dalam sebuah lingkar
karena Kau bimbing aku tidak telat, … melawan tingkah yang kualat
karena Kau bangkitkan semangat, … agar tidak luluh tersengat
karena Kau ijinkan rasa hangat, … dalam beku yang amat-sangat
karena Kau sampaikan alamat , … agar tidak ada yang tersesat
karena Kau memberi azimat, … bukan sekedar yang disebut jimat
karena Kau wajibkan iqamat, … tanpa perlu menjadikannya sesuatu yang keramat
Kau di sisi orang yang lusuh, … dari garang kaum perusuh
Kau biarkan wajah terbasuh, … agar jauh dari sifat orang salah-asuh
Kau raih dan lunak membasuh, … wajah kuyu karena amuk para musuh
Kau berikan senyum bagi yang keruh, … karena gelegar telah menggemuruh
Kau lengkapi yang separuh, … agar dia memperoleh secara seluruh
Kau raih yang terjatuh, … agar tidak ada lagi tiran yang meyentuh
Kau datang membesuk, … korban gigitan kumpulan kutu-busuk
Kau beri kekuatan yang disusuk, … hingga jauh dalam jiwa merasuk
Kau datang menjenguk, … orang yang dianiaya para cecunguk
Kau ijinkan udaramu direguk, … Kau ijinkan airmu untuk diteguk
Kau ramah mengangguk, … agar aku diam dari bersesengguk
Kau ijinkan rembulan ditangguk, … karena aku ternyata bukanlah si pungguk
Kau redamkan rasa gejolak, … agar tidak ikut amarah yang menggolak
Kau biarkan tawa bergelak, … agar hidup tidak selalu terselak
Kau tidak ijinkan ada yang menyalak, … karena lebih baik diam mengelak
Kau tidak inginkan yang tersedak, … lalu ikut-ikutan membelalak
Kau jagakan yang tidur di geladak, … yang sering makan nasi basi berkerak
Kau janjikan bahagia kelak, … karena begitulah kejadian alam falak
Kau belai wajah gelisah, … yang dipaksa harus berpisah
Kau usap pipi yang basah, … karena dia juga ciptaanmu yang absah
Kau dengar kalbunya tercurah, … lalu sukmanya diajak jalan berziarah
Kau hitung perilaku buruk atau binar yang cerah, … biar pun sekecil buah zarrah
Kau membolehkan aku berhijrah, … karena itu juga anugrah
Kau ingatkan aku beberapa surah, … dibaca agar rezeki Kau turunkan murah
Kau janjikan sekeping adab, … bagi yang dicerca dengan biadab
Kau janjikan ada hisab, … bagi kaum jahiliah dari golongan sebuah mashab
Kau berteman sangat akrab, … dengan dia yang terjerembab
Kau binarkan mata yang sembab, … setelah terisak di ruang yang lembab
Kau jelaskan indah sesuatu sebab, … karena itu sebuah musabab
Kau ijinkan panjimu dikirab, … dan asmaMu digaung dari atas mihrab
Kau bersama yang menderita, … korban dari banyak cerita
Kau bersama yang tanpa pelita, … dari jahat kaum tukang-sita
Kau bersama yang di hatinya ada gita, … karena dia pun berhak akan suka-cita
Kau bukakan di hatinya dua mata, … agar bisa merasa setelah lama berhati-buta
Kau lingkarkan pink warna sehelai pita, … di lengan yang sedang berduka-cita
Kau ijinkan menengadah dengan pinta, … agar dia tidak merasa hidup sangat renta
Kau di sisi yang teraniaya, … dari beringas hati para pembahaya
Kau di sisi yang tidak berdaya, … dari serangan sekumpulan buaya
Kau menemani yang hilang upaya, … agar dia bisa bangkit lagi berjaya
Kau dekati yang menangis dalam seraya, … agar dia kembali dalam cahaya
Kau bukakan pintu yang raya, … karena dia pun berhak sebagai sahaya
Kau ijinkan dia merasa kaya, … walau hartanya cuma di alam maya
Kau hilangkan rasa dahaga, … agar dia bisa kembali berniaga
Kau beri rasa saling menjaga, … karena Kau benci rasa saling menduga
Kau buatkan dia sebuah marga, … yang terpandang dan berharga
Kau biarkan di dadanya ada rongga, … untuk menyimpan sakit tidak terhingga
Kau berikan rasa membangga, … bagi pemimpin sebuah rumah-tangga
Kau tawarkan suarga, … bagi yang teguh dan kuat dalam menjaga keluarga
karena sakinah, … bukan yang sakit sudah berbau tanah
karena mawaddah, … bukan yang pada sesama suka meludah
karena warahmah, … bukan yang banyak hampa dalam ceramah
karena amanah, … bukan berpura-pura menjadi ramah
karena fadilah, … bukan karena utama membuat masalah
karena sunatullah, … tidak mungkin bisa dipilah-pilah
tidak akan pernah, … janjiMu tidak genah
tidak akan mungkin salah, … karena sesuai dengan risalah
tidak akan ada yang berulah, … karena tidak mungkin berkilah
tidak akan berlalu sebuah kafilah, … bila di tanganMu terpampang galah
tidak akan ada setitik pun celah, … bila laranganMu jangan ada yang membelah
tidak akan ada yang sia-sia dalam lelah, … bila pandai memilih dan memilah
tidak akan bisa sabdaMu disunting, … karena berpesan agar tidak terjadi genting
tidak akan mungkin kalimatMu digunting, … kecuali karena sudah sinting
tidak akan patah sebatang ranting, … biar bagiMu tidak penting
tidak akan gugur sehelai daun kering, … bila tidak Kau kerling
tidak akan ada yang berani berpaling, … kalau bukan orang pangling
tidak aka nada yang mau maling, … karena di hari nanti akan lumat digiling
haqqul-yakin begitu… dan harus yakin seperti itu
karena sudah saatnya tiba di batas waktu, … seperti yang sudah tertentu
yang pernah jadi menantu, … dan pernah dibangga sebagai seorang mantu
karena yang pernah dipandang seperti hantu, … kini harus dibantu
yang pernah djadikan sasaran jitu, … jangan lagi ada di situ
dan karena itulah barang-tentu, … telah Kau tutup untuknya semua pintu
hati yang berharap cita semula, … seketika hambar bagai tidak bergula
ruang masuk ditutup sedikit pun kini tanpa sela, … dan harus diterima rela
tapi hilangkan dulu rasa kecewa menggila, … jangan dulu nafas-dalam dihela
karena keinginanMu tidak boleh dicela, … karena bagiMu tiada yang meraja-lela
jadi sebelum mencari pembela, … seorang yang pandai agama agar di bela
Kau sudah membuka lagi jendela, … untuk aku masuk tanpa dipersila
dan tanpa perlu diketuk, … agar jangan lagi kaki terantuk
siapa pun yang terkantuk-kantuk, … dalam lelah dan mengantuk
setelah berjalan semalam suntuk, … karenaMu semuanya hanyalah teruntuk
maka Kau silakan juga masuk, … dia yang jiwa-raganya hancur tertusuk
bukan oleh benda yang disusuk, … tapi oleh kelakuan yang amat busuk
dan Kau jamu dia yang telah khusuk, … karena dia bukan tamu berperangai buruk
itulah untuk diriku yang lara, … setelah dipaksa meneguk racun bilara
itu pun untuk kaum yang bersuara, … tapi tidak mampu lagi berbicara
juga untuk yang tidak terpelihara, … dan karena membeku setelah terpenjara
bukan dalam tahanan tentara, …tapi dalam sebuah sel yang tidak kentara
yang gelap tanpa bias lantera, … tanpa suara selayaknya mantera
bagai sebuah bahtera, … terdampar di sebuah pulau yang di peta tidak tertera
Kau silakan dia rebah, … orang yang padaMu biasa menyembah
hidupnya yang bernilai tambah, … karena di hatinya tiada kecambah
Kau jamu dengan bersimbah, … tanpa bersusah-susah lagi merambah
dia yang biasa menyantap sampah, … dia yang biasa mereguk limbah
dia yang selalu dianggap membawa wabah, … tapi dia telah tampil tabah
hidup meniru indah falsafah lebah, … maka biarlah doanya diijabah
juga untuk kaum teraniaya, … karena dipaksa jadi hamba-sahaya
pun untuk yang hidupnya tidak digjaya, … dan sering kali mati gaya
serta untuk yang perlaya, … oleh perbuatan orang yang padaMu tidak percaya
yang hidup hanya dengan agar supaya, … tapi luluh oleh perilaku yang niscaya
untuk kaum pinggir jalan-raya, … yang tidak hafal bila datangnya hari-raya
yang sudah lelah berupaya, … tetapi tetap tidak berdaya
paduka!
ternyata di sini sangat indah, … meninggalkan di sana banyak gundah
ternyata di sini tidak merasa rendah, … tidak ada kasta yang dipindah-pindah
ternyata di sini hidup berkaidah, … tidak pernah ketemu si pahit lidah
hidup di sini jadi terarah, … tidak seperti mendapat tanah tersirah
hidup di sini merona-merah, … dilangit penuh dengan bintang-siarah
hidup di sini bagai seorang lurah, … nun jauh di sana kulit pernah bagai digurah
di sini ternyata hidup punya usia, … di negeri si Badu sepanjang umur sia-sia
di sini hidup seperti jaman dulu-kala di Persia, … tidak cemas tergilas oleh jip-rusia
di sini sempurna sebagai manusia, … tidak dilirik emoh sebagai seorang lansia
di sini ternyata menjadi mulia, … di negeri si Opak ditatap remeh bagai bocah belia
di sini sesekali berlagak bagai some-one from Sisilia, … datang dari tanah di Italia
seperti itu ternyata bisa bahagia, … saat di negeri si Piao kehilangan nostalgia
ternyata di sini ada malaikat, … ketika di sisi yang lain cuma tali yang mengikat
di sini ternyata rasa tidaklah pelikat, … di antah berantah godaan yang berserikat
ternyata di sini tidak ada sekat, … di tempat yang lain dipaksa bersepakat
di sini tidak ada yang saling sikat, … dan tidak perlu merasa lebih tinggi setingkat
tidak risau akan kehilangan tongkat, … karena merasa semua saling rekat
di sini hati ternyata terpikat, … kembang melati memperlihatkan harkat
ternyata di tempat ini setiap kata, … punya arti dan sangat elok tertata
ternyata di sini dengan alam seia-sekata, … bermukim dengan binatang melata
ternyata di sini alam bak permata, … yang buruk dan baik tidak dipukul rata
ternyata di tempat ini seperti di tanah dewata, … bukan di tanah rakyat jelata
ternyata di sini aku melagukan sonata, … bukan lagi nyanyian balada semata
ternyata di ruang ini air mata, … runtuh kala menyebut namaMu dengan terbata
di sini hidup mulai lagi dari nol, … karena dulu lama sia-sia mencetak gol
di sini hidup putih seperti jambu bol, … nun jauh di sana pernah terpuruk jebol
di sini hidup dengan alam bersenggol, … pernah merasa hidup dinilai sebenggol
di sini tangan tidak diborgol, … layaknya pasien yang lari dari Grogol
di sini badan tidak bertotol, … dan tidak perlu menghindar lemparan botol
di sini tubuh bersih menonjol, … tidak kelihatan seperti penuh benjol
di sini pohon pisang ditanam berbonggol, … yang menanam pun tidak dongkol
di sini juga tidak ada jengkol, … untuk peneman lauk masakan ikan tongkol
di sini tiada yang tega bersekongkol, … atau di tangan menggenggam besi-engkol
di sini setan tidak bercokol, … tidak perlu konsultasi dengan seorang pokrol
di sini aman biar jumpalitan berkoprol, … tanah keras tidak akan ambrol
di sini diri tidak dijadikan simbol, … atau sekedar jadi tukang pencet tombol
di sini suara enak di kuping, … tidak seperti di saat hidup berkeping-keping
di sini tidak lagi lewat pintu samping, … atau diperlakukan seperti kuda lumping
di sini cemilan dengan emping, … di sisi yang lain bagai mengunyah beling
di sini nyaman memeluk bantal guling, … tidak lagi cemas dibuat kambing-guling
di sini lupa pernah maling, … karena di sana apa pun hilang dirilah yang dikerling
di sini bisa mendengar seruling, … dan pasti tidak akan lagi berpaling
di sini hidup bisa bersyukur, … nun di sisi yang lain hidup pernah kufur
di sini hidup terukur, … tidak lagi merasa hidup seolah sudah dalam terkubur
di sini hidup terhibur, … bandingkan ketika hidup sering dibuat tercebur
di sini mentari masih terbit dari timur, … di negeri lain dia dipendam dalam sumur
di sini apa saja terasa semur, … di suatu ketika dulu makan terasa berjamur
di sini bisa makan tanpa dapur, … dan makanan pun tidak terasa berkapur
di sini hidup bernilai ekstra, … wajar dan tidak seperti berada di Socotra
di sini hidup seperti elextra, … nun jauh di sana sering banyak menelan super-tetra
di sini hidup biar tanpa putra, … tidak usah juga ada jika tidak punya matra
yang berbudi halus bagaikan sutra, … berkata-kata elok dengan bahasa sastra
di sini bisa hidup tanpa mitra, … tidak perlu juga ada kalau pun buruk citra
di sini bumi dipijak pada titik sentra, … bukan karena pandai membaca mantra
di sini mentari bebas anjang-sana, … di negeri yang lain selalu terjadi gerhana
di sini apa saja enak berwacana, … dan tidak tergantung pada isi di saku celana
di sini rasa cinta masih ada biar di saujana, … di negeri yang lain pupus di alam fana
nun, di negeri yang jauh hidup gulana, … di sini hidup masih bermakna
di negeri yang lain raga ditinggal jiwa berkelana, … di sini hidup nyaris sempurna
nun, di padang tandus berkuda bagai tak berpelana, … di sini damai dan terlena
di sebuah sisi mentari bersahabat, … di sisi yang lain panasnya menghebat
di sini apa saja mau di jabat, … di tempat yang jauh tergantung seberapa rabat
di sebuah sisi semua daun jadi obat, … di sisi yang lain tanaman apa pun dibabat
di sini mentari kelam di barat, … di sisi yang lain mentari jatuh sekarat
di sini apa saja tidak bersyarat, … di sisi yang lain cemas membuat diare berat
di tempat ini bias mentari semburat, … di tempat yang lain mentari salah urat
di sebuah sisi bulan bisa merona, … di sisi yang lain bulan murung terpana
di sini bisa cerdas melebihi sarjana, … di negeri lain si cerdik ada di mana-mana
di sisi lain alam sekitar penuh warna, … di negeri yang lain apa saja bias dan sirna
di sini bulan bisa purnama, … di tempat lain terkubur dengan nisan tanpa nama
di sini bisa hidup lebih lama, … di sisi yang lain enggan hidup berlama-lama
di sebuah sisi bisa memaknai agama, … yang berarti juga menghargai sesama
di sebuah sisi bulan bak permaisuri, … di sisi yang lain bulan mati suri
di sini makan nasi sayur turi, … di tempat lain yang ditelan serasa onak berduri
di sini tidak banyak yang kenduri, … di tempat lain makan seperti pencuri
di sini tangan bebas bagai ikan pari, … di tempat lain serasa ada yang menggari
di sini tangan masih sepuluh jari, … dulu nyaris kelingking hilang dan harus dicari
di sini bisa menuai padi dengan jemari, … di sana bingung kesana-kemari
di sini bulan tak berselaput, … di tempat lain bulan semaput
di sini bisa melihat hijau rumput, … duduk di ambang senja dan kopi diseruput
di tempat ini berkah tak dijemput, … di lain tempat hak saja bisa dicatut
di sini derita sejenak disaput, … di negeri yang lain nyawa siap-siap dipuput
di sini hening meliput, … di tempat yang lain duka tidak sejumput
di tempat ini bening mengerubut, … di lain tempat sepi disimpan pada tabut
di sini bulan menerangi rayyan, … bukan dipendam dalam tempayan
di sini halusinasi berperahu di sungai Kahayan, … di sana bisa kena sakit ayan
di tempat ini segala terasa lumayan, … di tempat lain hidup bagai pelayan
di sana apa-apa tidak doyan, … bertengger diam bagai burung bayan
di sini tak berkawan. … jauh dari yang pernah jadi lawan
hidup dilingkung hutan perawan, … tapi alam sangat dermawan
di sini bintang temaram, … di lain tempat sinarnya karam
dan di sini bisa merasa tenteram, … di tempat lain terasa berendam di air garam
di sisi lain mata gampang meram, … di lain sisi lagi diganggu suara seram
di sini tubuh tak usah dilulur param, … di sana tubuh tercabik dihardik dengan kejam
bahkan di tangan menggenggam pisau-tajam, … sewaktu-waktu bisa terhujam
di tempat lain keperluan sering dipinjam, … di sini kebutuhan tidak setiap jam
di sini bintang berkelip, … di bumi lain sang bintang hilang dalam kedip
di sini bisa halusinasi bunga tulip, … dengan mata meram bukan karena kelilip
di sini bisa mulai dengan alip, … di sisi yang lain terlalu banyak kata yang terselip
di sini tidak lagi bagai ikan tak bersirip, … hidup tidak perlu dimirip-mirip
bahaya tidak lagi mengintip, … kebencian tidak lagi dititip
kematian diberi tanda kutip, … hanya sebagi sebuah insentip
di sini bintang bertabur, … di bumi yang lain telah hilang dalam kabur
di sini badan segar subur, … di tempat lain bisa perih terasa hingga di dubur
di sini tenang menikmati bubur, … di tempat lain makan sering tersembur
di sini sampai subuh bisa lembur, … hingga terdengar beduk bagai tambur
dipembaringan segera menghambur, … meninggalkan mimpi berlumur lumpur
hingga sinar pagi bias di tanah gembur, … terjaga bagai dengar ombak mendebur
di sini bintang membentuk konfigurasi, … di tempat lain dia terdegradasi
bagaimana mau adu argumentasi, … karena lawan bukan orang yang berdasi
dan di sini bisa santai makan nasi, … di sisi yang lain bagai pencuri terasi
di sini gagah bagai kelasi, … di tempat lain berdiri miring seperti baru disersi
meski hanya halusinasi, … dan bukan oleh sebuah reinkarnasi
di sisi yang lain selalu cemas takut dieksekusi, … karena itu bukan ilusi
di sini bintang menuntun di jalan, … di bumi lain gelap menapaki tegalan
dan di sini bisa ketemu bulan, … di dunia lain jumpa dengan pengumpat sialan
di sini resah sirna pelan-pelan, … di sisi yang lain duka itu hanya bisa ditelan
takut oleh bermacam jegalan, … karena itu bukan bualan
mata saja yang kesana-sini jelalatan, … mulai dari utara ke selatan
ketika menyeberang di jembatan, … yang sebenarnya hanya titian rentan
di sini mega putih lekat, … di bumi yang lain awan hitam pekat
di sini pada Tuhan lebih dekat, … di dunia lain bagai ikan masuk pukat
di sini kembali berzakat, … di dunia lain cuma jadi penerima berkat
di sana belum mangkat, … tapi jenazah sudah mau diangkat
semua harta dan perangkat, … sudah terbuang tanpa melihat pangkat
terjadi dengan singkat, … tanpa dibuatkan peringkat
di sini mega putih abadi, … di udara sana awan hitam menjadi
di sini kekasih menanti sejak tadi, … yang di sana kehilangan denyut nadi
di sini udara beraroma daun padi, … bukan suasana berbau bunga layu tidak jadi
di sini kekasih mau balas budi, … di dunia lain berkekasih bagaikan berjudi
di belahan sana tiada yang sudi, … seakan meniru air di daun keladi
di sini segar bagai di depan candi, … di sana kucel sering seminggu tidak mandi
di sini tidak punya pundi-pundi, … meski begitu giliran tidak perlu di undi
di sini dingin tidak sampai ke sendi, … bisa minum air segar dari kendi
di sini bisa berkendara bendi, … yang ditarik kuda tak bersanggurdi
di sini bisa memandang lazuardi, … indah bagaikan nilakandi
di sini tidak ada Srikandi, … menunggui Arjuna yang sedang bersemadi
seperti al fakir meninggakan tuan Kadi , … tanpa ada bekas atau sedikit sandi
di sini mega putih semarak, … di udara sana pengap awan hitam berarak
di sini rumah-ibadah tidak banyak berjarak, … jauh dari rumah penjual arak
di sini bagai pengantin yang diarak, … tidak merasa sendiri duduk diam dalam barak
di sini savanna memberi ruang gerak, … dan tidak hanya untuk burung serak
di sini apa pun saja marak, … di sisi yang lain emas pun di pandang perak
di sini indah biar makan nasi-kerak, … tapi tidak susah kalau mau berak
di sini mega seputih kapas, … di tempat lain awan pekat menyumbat napas
di sini terasa bebas lepas, … di sisi yang lain pernah bagai di balik terali lapas
di sini mega putih berhias, … di bumi lain awan hitam membias
di sini ucapan bisa dengan kias, … di dunia lain kalimat vulgar dan jelas
di sini angin datang tanpa kipas, … tidak lagi gerah hingga kulit terkelupas
di sini buah tidak usah dikupas, … biarkan alami agar bisa dipindah ke kain kanvas
di sini savanna hijau, … di belahan bumi lain padang gersang beranjau
baring di rumput mata ke langit meninjau, … di tempat lain baring selalu mengigau
di sini hidup selalu bisa dipantau, … meski pun serasa bagai orang dirantau
di sini savanna dengan angin mendesau, … dan gembala menyanyi semau-mau
di sini tiada teman bergurau, … tapi indah melangkah masuk ke dalam surau
di sini sendiri saja tidak hirau, … meski pun musim lagi kemarau
hidup begini makan bagai orang kere, … luntang lantung dari pagi sampai sore
tapi no problem biasa makan kare, … sesekali menikmati sayur pare
di sekitar halte, … pernah ketemu lima tusuk sate
di jalan pernah pungut tahu dan tempe, … terakhir ketemu tape
mulanya dikira hape, … hampir melonjak sambil berteriak hore
tapi alhamdulillah jauh dari diare, … di sini di tanah tak bertuan seribu are
di sini savanna jadi taman, … elok tanpa takut datang kekejaman
di sini bisa duduk semalaman, … di tempat yang lain duduk diintai preman
di sini bisa lebih memaknai arti firman, … agar hati bisa lebih beriman
di sini sering pulang kemalaman, … karena tinggal di kedalaman
di sini tidak akan tertipu oleh penampilan, … sudah banyak melihat pengalaman
di sini tidak tertipu cara berpakaian, … karena busana bisa menyesatkan
di sini savanna berembun, … rumput tumbuh subur jauh dari kerbau tambun
di sini crysant tumbuh rimbun, … di tempat lain bunga dicampak dan ditimbun
di sini hilang lara bagai di kebun, … tidak pernah kumat sampai di ubun-ubun
di sini bisa menikmati bihun, … atau bakar jagung di dekat bambu yang berumpun
malam sudah gelap tapi suasana anggun, … karena terang dengan api unggun
sedih juga tidak berhimpun, … tapi terobat dengan ibadah sambil mohon ampun
di sini hidup aman-tenteram, … sehari-hari perasaan jauh dari suram
di sini hidup bagai berarung jeram, … tapi tidak seperti di tempat yang curam
di sini tidak ada jiwa muram, … di tempat lain bagai disuruh menelan tiram
di sini hidup mulia tersulam, … di suatu ketika sangat dihinakan siang dan malam
di sini hidup seperti pualam, … di tempat lain bagai di wilayah bencana alam
di sini terlontar ke masa silam, … bukan terhempas ke dunia kelam
di sini udara lapang, … sebagai ganti udara yang dulu garang
di sini pondok bagai rumah gadang, … dindingnya bersih tidak ada hiasan pedang
di sini rimbun berseludang, … tidak lagi seperti disekap dalam gudang
di sini bisa mandi telanjang, … kemudian duduk enjoy sambil minum wedang
di sini kaki cuma sebelah yang timpang, … tidak lagi apes dan dua-dua bisa pincang
di sini hidup tidak terguncang, … tidak lagi merasa jantung berdegup kencang
di sini udara bebas segar, … tanpa gemuruh guruh yang menggelegar
di sini rumah tak berpagar, … meski begitu aturan-aturan tidak akan dilanggar
di sini dekat dengan langgar, … jangan sampai hidup tak dianggar
di sini hati jernih menawar, … agar tak sia-sia bagai pisang-batu santapan kelelawar
di sini bisa memetik gitar, … menyanyi tanpa takut atau merasa gentar
di sini dawai yang menggetar, … di tempat lain bising oleh orang yang tak sepantar
di sini udara bisa dibawa tidur, … tidur nyenyak sedikit pun tidak melindur
di sini bisa maju tidak kendur, … tidak ada lagi kecemasan yang membuat mundur
di sini waktu tidak bisa diundur, …agar tidak dijadikan mainan undur-undur
di sini tamu bisa minum anggur, … karena tidak elok duduk kering menganggur
di sini hidup bagai berlibur, … alam yang asri cukup menghibur
di sisi yang lain sepertinya harapan mabur, … dan angan-angan lenyap kabur
di sini tampil terasa layak, … tidak merasa bingung terkoyak-koyak
di sini bagai menikmati tempoyak, … tidak mual bagai habis makan cempedak
di sini bebas buang dahak, … karena tidak ada yang gampang meledak
di sini hutan tanpa badak, … yang ada hanya sebangsa landak
di sini ada perempuan tanpa bedak, … tapi bukan orang yang mudah jadi gendak
di sana tidak bisa banyak kehendak, … agar terhindar dan tidak ditindak
di sini seperti berada di sebuah laguna, … karena di sana seolah tidak berguna
di sini bisa kemana-mana, … badan tidak terkurung dan di tangan ada pena
di sini bisa disebut sang permana, … tidak didakwa kau siapa dan orang dari mana
di sini menjadi sang kelana, … hidup damai dalam sebuah wahana
mencari sang Kirana, … yang bersembunyi dari kejaran Dursasana
walau tidak tahu mau bagaimana, … agar bisa menutupi di hati rasa renjana
di sini terasa menjadi imam, … tanpa ada yang mencibir sambil bergumam
di sini tidak dipandang orang awam, … apalagi dianggap barang haram
di sini cinta membuat demam, … bukan aniaya yang membuat keram
di sini hati sejuk tersiram, … tidak pernah lagi ketemu orang geram
di sini bisa menyepi di malam kelam, … berlabuh hati di tempat yang dalam
di sini enak di temaramnya malam, … petang tadi melihat mentari tenggelam
di sini terasa ada penjaga, … tidak ada yang berani melumuri jelaga
pagi hari tenang bangun terjaga, … tidak ada yang selalu mengajak beradu-laga
di sini tidak perlu bersiaga, … dengan sekitar merasa saling menjaga
di sini langit sering berwarna jingga, … indahnya bak sutera dewangga
di sini tidak ada yang tega, … rasa sebal di hati tertutup oleh mega
di sini bisa cerdas tanpa toga, … meski sering kekurangan boga
di sini bagai di shangrila, … jauh dari di sarang gorila
di sini taman bagai berpenghuni impala, … tidak teringat akan kawanan serigala
di sini banyak kuala, … di tempat yang berbeda diperlakukan seperti koala
di sini bisa mencari dinda kemala, … yang pernah singgah dahulu-kala
di sini seperti seorang gembala, … yang singgah di dangau merebahkan kepala
di sini harta sejak semula, …tidak pernah dijadikan berhala
di sini bagai negeri di awan, … di mana pikiran bisa jauh mengawan
di sini bisa bagai relawan, … yang elegan berhadapan dengan pelawan
di sini mengenang sang pahlawan, … yang dulu membebaskan ketika ditawan
di sini tumbuh banyak cendawan, … putih cantik berbentuk cawan
di sini indah menawan, … meski tanpa kehadiran sang rupawan
di sini tidak perlu sering rawan, … penyakit jauh biar pun cuma sariawan
di sini bagai berada di samudra luas, … meninggalkan jauh hutan yang buas
di sini mewarnai lagi pelangi dengan kuas, … setelah pelangi diurai beruas-ruas
di sini bisa menikmati sayur berlengkuas, … dan bisa tambah jika belum puas
di sini hidup tidak merasa was-was, … tidak perlu diri selalu di mawas
di sini hidup tidak perlu terlalu awas, … karena Tuhan maha pengawas
di sini hidup bisa dikata lawas, … padahal di sana dulu hampir tewas
di sini bagai dibimbing sang perkasa, … dijauhkan diri dari sang pendosa
di sini mengenang adinda sepanjang masa, … ketika di sana tidak ada kuasa
di sini enak berpuasa, … di belahan bumi yang lain banyak putus asa
di sini jadi mahluk biasa, … di hati aroma dan pesonanya bisa dirasa
meski pun pakaian berbahan kain kasa, … tapi terhina tidak sampai terasa
di sini tidak usah menghitung jasa, … karena kebaikan tidak akan di telan masa
di sini jadi diri-sendiri, … di belahan bumi yang lain seakan hampir mati berdiri
di sini lebih baik hidup mandiri, … dan semoga mati pun tidak usah dihadiri
di sini tidak menyimpan iri, … biar di sana pernah hidup seperti orang-tiri
di sini tidak dipandang seperti biri-biri, … lapangan rumput pun tanpa semak-berduri
di sini seperti pada sebuah puri, … bening damai di sisi sang jauhari
semua nikmat bisa disukuri, … makan tidak lagi mecuri-curi
di sini jadi nakoda pada sebuah kapal, … tidak ada lagi goda tangan yang terkepal
di sini ayat-ayat mudah di hapal, … ketika mulut dan telinga tidak lagi disumpal
di sini mantera tidak usah dirapal, … meski pun pernah tersungkur di aspal
di sini suara di mulut tidak lagi menggumpal, … kalimat tidak lagi ditimpal
di sini tidak pantas menggombal, … karena kata bisa sepedas sambal
di sini hidup tidak jadi tumbal, … atau karena dosa yang harus ditambal
di sini sejenak jadi pemenang, … tidak lagi dianggap sebagai pecundang
di sini mau cari laut untuk berenang, … karena dulu di debu pernah tergenang
di sini bisa merenda dengan benang, … di sana tidak punya wewenang
di sini kembali jadi periang, … melupakan badan dulu sering meriang
di sini banyak ruang, … di sisi yang lain dulu banyak kehilangan peluang
di sini bahagia tidak diukur dengan uang, … seperti dulu saat badan terbuang
di sini seperti jadi seorang pendidik, … lepas dari perasaan ketika suka bergidik
di sini bagai pulang mudik, … di sana belum pulang juga sudah kena bidik
di sini tidak ketemu orang cerdik, … karena di tempat lain sering jadi orang udik
di sini tidak takut kena selidik, … karena terjadi tanpa hunusan badik
di sini serasa ketemu kakak-beradik, … yang tidak suka kuping bertindik
di sini cuma hati yang tergelitik, … oleh perilaku serombongan pitik
di sini tidak ada hura-hura, … jauh dari penampilan yang pura-pura
di sini tidak ada kira-kira, … karena tidak ada lagi ragu seperti kura-kura
di sini tidak ada yang cari gara-gara, … kalau keliru sedikit digantung di para-para
karena tidak mungkin lagi berduka-lara, … kalau hidup indah terselenggara
biar jalan ke tenggara, … bahkan menyeberang laut antar negara
damai tidak ada di kedalaman segara, … damai semayam di jiwa yang berpigura
di sini tidak ada nista, … sebagai sahabat sang pendusta
di sini bisa hidup tak berkasta, … tidak akan dihindar bagaikan orang kusta
di sini berharga meski hanya sehasta, … tidak dipencet seperti sebuah pasta
karena alam semesta, … tidak hanya untuk orang yang suka pesta
karena hidup berswasta, … jangan mengukur dengan penghuni Tanjung Gusta
karena sang wiraswasta, … ukurannya bisa di atas la-testa
di sini tidak ada benda disambit, … juga kalimat yang di ulu-hati mencubit
di sini tidak ada yang mau menyumpit, … karena ruang gerak tidak lagi sempit
di sana melempar benda tidak pelit, … jadi pandai-pandai saja berkelit
di sini tidak ada sakit perut yang membelit, … di sisi yang lain sering kali sembelit
di sini tidak ada lagi rasa pailit, … karena rasa perih tidak lagi mengiris di kulit
di sana bernapas pun sulit, … masalah banyak melilit
di sini tidak ada yang mengumpat, … pernah di sana tidur pun tidak lagi sempat
di sini hati meluangkan tempat, … tidak lagi harus lincah melompat
di sini kenyang dengan sebiji ketupat, … telinga dan mulut tidak lagi sering sepat
di sini sungguh nikmat, … jauh dari rasa seperti terkena laknat
di sini suara azan menggema di antara umat, … mengingatkan akan tiba kiamat
di sini yang wajib utama dari sunat, … bukan terserah saja asal selamat
di sini tidak ada provokator, … apalagi kaum predator
di sini tidak ada jiwa kotor, … tidak lagi terasa seperti di bawah cengkram diktator
di sini seperti menjadi seorang mentor, … tidak cemas mulut bisa jontor
di sini jauh dari mulut menggelontor, … yang suka menyebar fitnah dan teror
di sini tidak ada pesohor, … yang selalu berkumpul ba’da lohor
di sini kepala tidak akan bocor, … hingga tulang retak dan darah mengocor
di sini memang gubuk reot, … sudah sepadan dengan penghuninya yang peot
di sini yang banyak cuma bekicot , … lembut merayap tidak pating-pecotot
tapi di sini jangan mencari tikus got, … biar mata mendelik sampai melotot
biar mulut lelah mencerocot, … atau biar pun jagoan sebagai tukang comot
tikus di sini tidak mau bikin repot, … misalnya lari sembunyi ke dalam pispot
di sini cuma ada asoka dalam pot, … rimbun daun dan bunganya tiada yang copot
di sini hati berpuisi, … karena percuma hidup yang ditangisi
di sini sejatinya saling mengisi, … bukan mau bersinergi hanya karena ada komisi
di sini indah berkoalisi, … jauh di seberang sana orang sipil seolah polisi
di sini tidak ada sakit gigi atau gusi, … karena keduanya sudah melakukan fusi
di sini tidak ada revolusi, … di dunia sana tidak mudah menemukan solusi
di sini jauh dari perilaku kolusi, … karena hati jernih oleh udara tanpa polusi
di sini hati menyanyikan lagu, … karena hidup tidak lagi seperti orang gagu
di sini tiada rasa ragu, … di sebalah sana lebih sering bertopang dagu
di sini biar makan nasi sagu, … tidak cemas oleh orang yang belagu
di sini bisa ditiru dan digugu, … tidak tampak lagi seperti orang yang lugu
di sini tidak ada yang ditunggu, … membiarkan hari berlalu berganti minggu
di sini tidak ada yang membelenggu, … meski bukan emas dan hanya perunggu
di sini bisa mandi tak sebatas karena bertugas, … tidak perlu lagi mandi bergegas
di sini tidur tidak di kasur berpegas, … tapi tidak tergelatak di dekat tabung-gas
di sini di hati banyak rencana yang meranggas, … agar dilakukan dengan cergas
di sini bisa duduk di tepi kolam tanpa cemas, … tidak takut lagi mati lemas
di sini bisa mandi keramas, … bersih badan daki hancur di remas
di sini alam menjadikan anak-mas, … lupa kalau dulu selalu gelisah berkemas
di sini bisa mandi manusiawi, … tidak sekedar badan dibilas bagai sawi
di sini gemah ripah loh jinawi, … di sisi lain tiada kisah nasib-diri yang dirawi
di sini bisa belajar aksara jawi, … dulu di sana bagai dikucil di gunung Kawi
di sini bisa ketawa ketiwi, … duduk di rumput yang teduh masih bagian tanah-pertiwi
di sini mengharap kedatangan sang siswi, … titisan sang mahadewi
di sini bisa memperlakukan falsafah duniawi, … seimbang dengan ukhrawi
di sini buang hajat bebas, … tidak cemas bisa kena tebas
di sini lurus seperti sebatang belebas, … tidak ruwet bagai serangga yang terkebas
di sini enak ada sayur gambas, … dengan nasi dan ikan-teri suguhan sangat imbas
di sini tidak ada yang terhempas, … karena hidup seimbang dan selalu impas
di sini bisa mengambil isi lalu membuang ampas, … tidak ada hak yang dirampas
di sini amarah bisa ditumpas, … di bumi yang lain perasaan dipampas
di sini buang hajat natural, … tidak lagi di balik semak terpaksa diobral
di sini kalimat diatur dengan oral, … tidak diumbar dengan cara tidak bermoral
di tempat ini layaknya seorang korporal, … dulu trauma melihat batu koral
di sini yang melintang bukan karena aral, … di tempat lain tidak ada yang sakral
di tempat ini setiap subuh menjadi bilal, … berkumandang mengiringi hilal
di sini bisa lagi menyiapkan spiral, … bila nanti ada kebutuhan yang wajar dan halal
di sini tidak seperti pesakitan, … bangun dari tidur yang nyaman tanpa hujatan
di sini rekreasi setiap pekan, … duduk atau jalan ke mana pun tidak tertekan
di sini mudah menemukan tautan, … karena tidak diamuk badai di lautan
di sini bebas memandang langit berawan, … tidak merasa takut kena sawan
di sini tidak ingin jadi anggota dewan, … nanti makin banyak yang datang sowan
di tempat ini hati merasa tertawan, … bagai ketemu anak perawan
di sini bangun tidur napas tidak sesak, … dulu jika bangun pagi siap digasak
di sini sendiri bisa memasak, … tidak merasa tiang kecil lebih besar pasak
di sini tidak ada yang merusak, … tidak ada apa pun yang jadi sansak
di sini tiada yang mencak-mencak, … tidak lagi kena amarah yang memuncak
di sini bisa berdiri dengan tegak, … tidak takut jatuh biar tanpa cagak
di tempat ini bisa berlagak, … karena tidak akan jadi tertawaan burung gagak
di sini bangun bisa lari pagi, … tidak cemas lagi sekalian disuruh minggat pergi
di sini dengan sesama bisa berbagi, … di tempat yang lain dilirik saja pun tidak lagi
di sini tidak pernah merugi, … tidak ada yang habis tercecer di delapan persegi
di sini makan dendeng ragi, … tanpa menunggu kenduri dengan harum setanggi
di sini bisa unjuk gigi, … tanpa harus merasa diri lebih tinggi
tidak menjadikan mulut bergerigi, … karena ingat mulut tergantung pasta-gigi
di sini bangun bisa ibadah, … di sana pernah bagai kehilangan sajadah
di sini suara hati punya wadah, … tidak diganggu oleh rasa yang biddah
di sini semua dibuat jadi mudah, … di bumi yang lain di sebut haram jadah
di sana bisa mendapat sedekah, … karena ada saja hati yang merekah
di sini yang datang bawa berkah, … tiba-tiba datang tanpa terdengar suara langkah
aku mulai seperti serakah, … karena tidak merelakan di sana yang sebongkah
di sini bebas menatap langit, … di dunia lain atmosphere berbau sangit
di sini hati dijaga bak dipingit, … agar tidak lagi dihancurkan dengan sengit
di sini tidak sekotor parit, … dan ruang tidak melapangkan untuk diselempit
di sini hidup tidak lagi morat-marit, … dan tidak lagi takut terluka karena kena arit
di tempat ini tidak perlu terbirit-birit, … karena tidak takut lagi sama jin iprit
di ruang ini kertas putih elok diorat-arit, … jadilah sketsa wajah manis yang tidak irit
di sini bebas bercengkerama, … di dunia lain banyak yang lupa sesama
di sini banyak rama-rama, … karena di sini bukan sebuah bidang diorama
di sini memberi dan menerima, … dan semuanya tanpa dipikir dengan lama-lama
di tempat ini damai di huma, … tidak seperti ketika hidup bagai di teritisan cuma
di sini bisa kerja-sama, … di dunia lain tidak mungkin karena tidak seirama
di tempat ini menjadi orang yang pertama, … meski diri belum tentu yang utama
di sini bebas cari angin di beranda, … tanpa diganggu bayang sebuah keranda
suatu saat mungkinkah disapa lagi kakanda, … karena yang diharap pilih menjanda
di sini rasa kasmaran masih bisa melanda, … tidak tergantung harta benda
di sini rindu sang-bunda, … karena untuk rujuk sudah hilang pertanda
di tempat ini hidup menduda, … hilang dia di mata membawa anakanda
di sebuah sisi hidup seperti panda, … jantan ditangkap tinggallah betina meranda
di sini sungguh senang, … ingat dulu di sana hati tidak tenang
di sini bisa makan jenang, … tanpa cemas ingat dulu kusut seperti kue-benang
di sini mimpi punya anak lanang, … padahal tidak pantas lagi dikenang
di sini air mata tidak lagi tergenang, … dan tidak lagi untuk direnang
karena dulu bukan itu yang dipinang, … saat datang dengan air mata berlinang
meski pun memilih tidak menang, … bukan karena takut ancaman kelewang
di sini terasa hikmat, … ketika di surau melakukan salat Jumat
di ruang ini suara terdengar lamat-lamat, … doa dilantun memohon rahmat
di sini hidup nanti akan tamat, … semoga perangai buruk tidak lagi kumat
di tempat ini orang tercinta diingat, … dengan rindu dendam kesumat
di sini tidak ada ngengat, … jangan takut dan jangan pernah penat
di tempat ini tidak akan di genggami granat, … yang dioles rapi bagai kue donat
di tempat ini sungguh nyaman, … setelah pernah merasa tidak aman
di sini memang tidak berteman, … tapi terhindar dari banyak bangsa kuman
di sini tersadar dari siuman, … bahwa dulu di sana pernah terkapar oleh siluman
di sini tidak terasa jalannya zaman, … karena elok dan indahnya taman
memang juga bukan superman, … tapi tetap punya rasa human
di sini masih ada iman, … yang tidak akan musnah ditelan jaman
rumah papan ini separuh tembok, … pintu dikunci tanpa gembok
di sini tidak pernah menombok, … tidak ada lagi yang menyebut si muka-tembok
di sini cabe di sebut lombok, … tidak perlu ke pasar membeli pada si mbok
tumbuh di lapangan berkelompok, … petik saja tanpa merasa merampok
di sini juga banyak pisang kepok, … buahnya bisa dipetik tanpa uang segepok
bisa direbus dan makan sampai kapok, … hidup tidak lagi kucel bagai kain popok
di sini sungguh elok, … hidup tidak lagi berbelok-belok
di sini tidak ada yang menjolok, … dan tidak akan jatuh terhantam balok
di sini meski jalan berkelok, …tidak ada begal mengancamkan golok
di sini tidak lagi goblok, … karena tidak terkurung di sebuah penjara dalam blok
bisa menikmati sayur oblok-oblok, … kiriman tetangga yang prihatin menyolok
dapat titipan salam dari Solok, … oleh kawan dan bukan hanya olok-olok
di sini sungguh punya arti, … di tempat lain harus pandai mengerti
di sini ada budi pekerti, … di belahan bumi yang lain tidak ada yang seperti
di sini banyak mawar dan melati, … bisa sebagai penangkal serangan pisau belati
di sini membawa jantung-hati, … yang pernah luluh separuh-mati
atau jiwa yang lagi cuti, … sambil membawa busana yang sesuai dan sejati
di sini rasa tiada gonta ganti, … karena pondok ini berdinding bagai kayu meranti
di sini bisa menuliskan qalam, … di dunia yang lain wallahu-alam
di sini ada yang titip salam, … membuat rasa ingin terbang seperti balam
di sini dunia tidak mengancam, … tidak ada yang sirik mengecam
di sini mata bisa terpejam, … meski sinar mentari masih tajam
tidak takut lagi bisa dirajam, … tidak ada lagi orang bak ibu tiri yang kejam
biar dengan sayur bayam, … dengan lauk dari ceker ayam
di sini menikmati angin semilir, … tanpa melihat arus hitam yang mengalir
di sini enak melangkah ke hilir, … menghindari para penghujat datang bergilir
di sini padi mulai berbulir, … menanti panen seperti datangnya seorang selir
di sini duduk di kursi tidak berukir, … tapi dengan urat kayu berulir
di sini banyak menggunakan pikir, … bukan otot seperti si Joko Tingkir
hidup tidak ingin mungkir, … apalagi mau mangkir
di sini menikmati kopi panas, … jauh dari perilaku orang ganas
di sini bagus menunggu tunas, … karena di sana ada yang belum lunas
di sini tidak ada kewajiban dinas, … biar lalai tidak akan dikuliti seperti nenas
di sini berlaku dengan bernas, … karena nasib tidak lagi mengenas
di sini hidup tidak harus geragas, … meski berjalan mesti lugas
dengan sikap yang tegas, … agar masih kelihatan waras
di ruang ini penuh inspiring, … bukan karena suka membanting piring
di sini doa banyak teriring, … mengimbangi umpat dari hati yang kering
di sini cemilan terasa garing, … di sisi lain sering susah makan karena gering
di sini penuh nuansa bening, … tidak lagi menderita kepala selalu pening
di sini ada malam hening, … di bumi yang lain malah mengernyitkan kening
di sini warna tidak semata kuning, … atau warna tidak cuma putih kolang-kaling
di tempat ini baru tahu hidup penuh gairah, … melupakan banyak amarah
di sini bisa menanti si bibir merah, … melupakan si baju tanpa lengan dan kerah
di sini tidak ada yang melempar jumrah, … tidak lagi dibentak dan dianggap lumrah
di sini pagi sinarnya hangat searah, … tidak lagi ketemu hari-hari panas dan gerah
di sini apa-apa sangat jerah, … dan tidak diperlakukan sebagai sapi perah
di sini seolah batu mirah, … tidak banyak buang waktu karena suka tetirah
di tempat ini desir daun berirama, … lupakan dulu tanaman perdu yang berhama
di sini hidup beraroma, … bahagia setelah bangkit dari hidup yang koma
di sini apa adanya diterima, … tak lagi hiruk-pikuk padahal dulu hidup cuma berlima
di sini sering menyebut nama, … bukan sekedar dengan kalimat plasma
di sini tempat tinggal memang bukan di wisma, … tapi tetap terasa berkarisma
di sini tidak ada karma, … yang ada kiriman buah kurma
di sini banyak kunang-kunang, … yang pasti tidak di temukan di Cipinang
di sini seperti sedang dipeluk inang, … tidak lagi hidup seperti main panjat-pinang
di sini ingin lagi rasanya meminang, … entah Sunda atau gadis dari tanah Minang
di tempat ini elok gagasan di canang, … mungkin masih ada yang mau ditunang
di ruang ini bisa menikmati rengginang, … duduk tidak diintai oleh beruang
di sini tiada lagi yang ditimang, … walau nanti merasa harta sudah menggelimang
di sini banyak serangga-malam, … tapi bukan tamu yang datang tak bersalam
di sini punya juga sapu-tangan bersulam, … padahal di sana dulu tidur tanpa tilam
di sini serasa banyak ilham, … di tempat lain terjadi saja tanpa pernah paham
di tempat ini tidak perlu ada saham, … karena itu bukan sebuah faham
di sini tidak ada tersisa jejak-rekam, … yang menakutkan seperti api dalam sekam
di sekitar sini juga belum ada makam, … karena si calon mayat lolos diterkam
di sini bebas terbang tinggi membubung, … tiada badan yang terkurung
di tempat ini tidak perlu menggerung, … lupakan ketika selalu diajak adu-tarung
di sini ingin bercocok-tanam terung, … panen nanti buahnya di masukkan karung
di sini beterbangan banyak capung, … tidak takut di sumur tua bisa kecemplung
di tempat ini sering teringat kampung, … di mana masa remaja banyak ditampung
di sini biar tanpa pelampung, … karena di sini tidak akan hidup terapung-apung
di sini banyak kupu-kupu, … tidak ada yang mengejar dengan gagang sapu
di sini senang biar tidak mampu, … semoga hidup tidak lagi tertipu
di sini akhirnya tersipu, … ternyata pernah juga mampu tampil menipu
di sini biarlah bagai ikan kerapu, … tanpa saudara dan tanpa sepupu
di sini tidak benderang meski ada lampu, … yang penting ada tempat bertumpu
di sana diancam masuk dalam cupu, … atau disuruh menyingkir ke Cepu
di sini menjanjikan damai, … penawar dari benci yang disemai
di sini sangat permai, … tidak bising dan tidak juga terlalu ramai
di sini banyak anai-anai, … berkejaran di sawah dengan burung punai
di sini bisa memilih apa saja yang disukai, … karena tidak akan kena cukai
di sana tidak ada yang bisa dipakai, … karena semua sudah dilumat jadi selai
di sana tiada yang bisa dicapai, … karena semua sulit tergapai
ayahanda,
aku ingat dulu di rumah biasa bersanji, … semasih pakaian disetrika berkanji
di sini aku mau menagih janji, … sebagai seorang pemegang panji
seperti apa yang biasa dikaji, … ketika khusuk di bilik bambu lagi mengaji
bukan ajaran bersesaji, … akan tetapi bahwa segala puja dan puji
utama kepada Tuhan tempat memuji, …. lalu kepada para suami yang Dia uji
tanpa memandang jumlah gaji, …. atau karena sudah berhaji
aku ingat dulu suaramu diperhitungkan, … tanpa banyak pertimbangan
kerena begitu Tuhan berkeinginan, … siapa pun di rumah pasti berkenan
karena di ajaran iman ada beban, … seperti yang teguh di emban
kaidah ditaati meski ketika mau masuk jamban, … tidak usah lagi berpikir lamban
apalagi membantah dengan enggan, … memperlihatkan kalau lagi segan
karena bukan hanya pelanggan, … yang minta diperlakukan elegan
aku ingat dulu ketika harus dipecut, … karena bersalah mencuri mangga kecut
aku berani di hukum dan dilecut, … karena malu disebut pengecut
aku ingat dulu hidup pernah mengerucut, … tapi ibu tabah tidak mencerucut
di sini ketika sepi memagut, … ketika tiada seorang pun yang manggut-manggut
ingat kisahmu akan musang berjanggut, … sebuah dongeng di benak tak terenggut
tentang raja yang merasa katut, … karena putranya beristeri wanita patut
memang di sini banyak laron, … seperti satu malam saat melintasi desa di atas peron
terbang riuh meski bukan malam Jumat kliwon, … tidak seperti sekumpulan tawon
sering juga kepingin makan nasi rawon, … sop-konro pun ya sami mawon
lalu tidur ada yang dikelon, … meski dandan bersahaja tanpa sentuhan salon
karena ada aroma bocah berbau minyak telon, …. dari pada seperti tingkah si pilon
tidur sudah nyenyak memeluk balon, … atau tergolek sendiri seperti melon
di sana begitu mudah aku dicerabut, … bagai tanaman di lahan gambut
pergi dibiarkan saja luput, … pulang juga tak dianggap seolah mahluk liliput
dianggap sisa tulang dan kentut, … jalan pun badan plintat plintut
terasa ingin saja kembali cabut, … atau bunuh diri saja di mesin bubut
agar kematian tidak dituntut, … supaya pemburu berita pada berebut
dan saling jambak rambut , … agar dapat beritanya masih hangat diliput
tapi di sini aku bisa menerjemah, … kenapa kebaikan selalu saja di buat jemah
ternyata biar hidup dalam serumah, … perilaku tidak harus sesuai dengan kalimah
anggap saja sebuah kemah, … dan karenanya jangan menjadi lemah
hidup bisa hanya dengan remah-remah, … tiru saja pekerja tambang timah
yang bekerja sebagai seorang ummah, … tetapi yang tetap ramah-tamah
karena bubarnya barisan jamaah, … silakan langkah yang ditelaah
mohon di sini aku di dorong untuk kuat, … agar terhindar kata apa boleh buat
di punggung masih bisa banyak memuat, … jangan lagi ada yang diruat
selama di hati ada tertanam niat, … selama tubuh masih sehat wal afiat
hidup harus dibuat tetap menggeliat, … meski hidup di lempung tanah liat
tidak akan menghalangi untuk lebih giat, … dipandang sebagai sebuah wasiat
asal jangan menjadi plagiat, … dan malah terjatuh di ladang maksiat
di sini aku berguru pada seekor tikus, … yang sering dikatakan rakus
karena hidup di sekitar kakus, … makan sisa-sisa dari nasi bungkus
pengerat ini susah kena ringkus, … karena selalu merasa diri akan dikukus
sedikit saja terdengar suara melengus, … atau suara orang buang ingus
secepatnya lari daripada kena berangus, … jangan sampai dibakar hangus
contoh penyelamatan yang bagus, … untuk aku yang berdiri di sebuah gugus
di sini aku dirubung semut hitam, … tidak berbahaya seperti ketam
tidak pakai main hantam, … tidak menimbulkan suara berdentam
tidak pandai menabuh tamtam, … tapi bisa membuat titik putih jadi menghitam
tidak suka yang terasa asam, … tidak mau memperlihatkan muka masam
semut cuma mengintai gula di talam, … sedikit saja lalu masuk lubang dalam
ketemu sesama lalu bersalam, … begitulah jauh sejak sebelum kerajaan Mataram
di sini aku berkenalan dengan seekor tokek, … yang tidak peduli aku bokek
mungkin aku dianggap si kakek, … yang tiap sore sering duduk mengkekek
meski punya duit cuma gopek, … itu pun sudah sangat lepek
dia tetap adem di tempatnya yang berbau apek, … dan tentu sangat sumpek
tanpa cemilan atau mpek-mpek, … dibanding aku yang bisa makan rempeyek
tapi sama-sama punya mata yang bisa melek, … dan sama-sama jelek
di sini aku tidak terganggu nyamuk, … memang ribut tapi tidak mengamuk
dia cuma mencari orang gemuk, … yang lemaknya banyak menumpuk
tidak perlu cari batu untuk menimpuk, … cukup tangan saja yang ditepuk
ketika nemplok di atas kasur berkapuk, … agar terbang lagi hinggap di kayu lapuk
tidak perlu dicambuk, … atau dengan alu sebagai penumbuk
karena lebih baik diri diajak sibuk, … sambil mengencangkan sabuk
di sini aku bersentuhan dengan alam sekitar, … dengan banyak suara sitar
meski tidak ada suara orang pintar, … yang bisa mengalahkan suara halilintar
di sini aku berwudu tiap sebentar, … agar tetap suci hingga tiba sang pengantar
yang mengetuk pintu saat badan gemetar, … dingin demam karena terlantar
dari sini aku siap dihantar, … lurus menuju langit tertinggi tak berantar
hingga akhirnya tiba di altar, … tempat memeriksa amalan setelah hidup ditatar
di sini aku bersahabat dengan menjangan, … yang tiba-tiba masuk pekarangan
entah siapa nanti yang kehilangan, … ingin menghalau dengan bunyi kentongan
tapi terpikir jangan-jangan, … hewan ini tidak sembarangan
dia utusan yang membawa penerangan, … agar tidak merasa dalam kekurangan
ketika luka yang berkepanjangan, … tetapi dibawa sedih tanpa pantangan
karena matanya melempar pandangan, … yang bisa menyingkirkan halangan
di sini bagai pulang ke pengkuan ibu, … wanita mulia cuma satu di antara seribu
yang mengajarkan hal-hal tabu, … agar hidup dijalani tidak kelabu
yang tidak ingin aku sia-sia jadi abu, … atau besar tergolek seperti labu
agar berguna bagai batang bambu, … jadi suluh jika dipasang sumbu
di sini ibu seperti lagi menjemur kelambu, … yang disampir di pohon jambu
sudah kering di pasang jadi rambu, … agar nyamuk tak menggigit yang bercumbu
jadi biarlah di sini aku membawa hidup singgah, … agar kelak bisa diunggah
agar tidak usah lagi disanggah, … dan biarkan tumbuh menggelagah
dibawa dengan perasaan gagah, … membiarkan ada rasa megah
di sini biarkan hati memijah, … agar lepas dan tidak lagi terjajah
di sini angan jauh menjelajah, … meninggalkan raga yang bersih tidak dirajah
biar tidak sebesar dan sekuat gajah, … tapi masih punya wajah
terima kasih ayahanda, … kini terasa kuat di hati ananda
ijinkan aku menemui ibunda, … perempuan mulia dengan hati tak berganda
wanita penyimpan surga tanpa tanda, … bagi anak yang ucapannya manis direnda
tapi juga punya neraka tanpa propaganda, … bagi anak bermulut seperti anakonda
berkalimat rusak tapi dianggap gurau dan senda, … bagai bualan di gardu ronda
sementara di tangannya ada gerinda, …membuat rasa dan jiwa porak poranda
bunda,
di sini akan tetapi, … kadang-kadang aku sangat sepi
di sini aku rindu memetik kecapi, … di sana rindu itu bisa aku hadapi
di sini aku dingin tidak tahu di mana bertepi, … di sana aku bisa dekat di bara api
di sini bangun penuh mimpi, … di sana hidup seperti dijampi-jampi
meski di sini terwujud yang diimpi, … di sana bagai meniran di atas tampi
tapi di sini tidak ada yang ngerumpi, … di sana dilagak bagai tari serimpi
di sini aku hidup terkucil, … di sana terhibur oleh dua mahluk kecil
di sini aku terpencil, … di sana bisa mendongeng tentang pak tani dan kancil
meski di sini aku seperti dicicil, … di sana aku rindu mata yang pecicil
walau di sini bisa makan sop kikil, … sedangkan di sana tinggal menjadi dekil
biar di sini bisa membuat bungkil, … sementara di sana bisa dicungkil
di sini sering wajar dipanggil, … tidak di sapa sebagai buto cakil
di sini aku berteman semut, … di sana ramai oleh anak-anak imut
di sini aku diam dan akan berlumut, … di sana aku sibuk merawat marmut
meski di sini aku hangat dalam selimut, … nun di sana aku dingin mengkerut
di sini aku tidak pernah jadi penakut, … di sana aku biasa lemas dalam takut
tapi di sini aku tidak tahu pada siapa bisa ikut, … di sana aku bisa memaksa turut
di sini aku lamban bagai siput, … dan akan tua mengeriput
di sini aku seperti orang yang sial, … di sana aku bagian mahluk sosial
di sini tidak ada satu pun soal, … padahal rintangan adalah modal
di sini tidak ketemu dengan orang bebal, … di sana aku terhibur biar sebal
di sini telinga yang sudah tebal, … dan kulit yang sudah menjadi kebal
tidak lagi perlu dibalut kain gombal, … apalagi diselimuti ambal
meski di sana seperti kanibal, … tidak perduli biar sesama rambut gimbal
di sana aku punya istana, … di sini tertekuk dalam sebuah bejana
di sana aku bersinggasana, … di sini tidak tahu arah mau menuju kemana
di sana ada aku tanam angsana, … di sini aku rindu menyiram tanaman itu disana
di sana juga ada banana, … yang pohonnya kering merana
apakah dia masih di sana, … entah karena di sana banyak yang hilang guna
karena di sana ada yang di hati tidak kena, … dan membabat semena-mena
di sana dulu aku bertahta, … meski pun aku tidak banyak harta
di sana aku pernah di sisi wanita, … walau pun merasa sendiri tanpa pelita
di sana aku menyimpan cerita, … bahwa hidup ini nyaris saja sesuai cita-cita
di sana banyak kata-kata, … bukan cuma sekedar singkat prakata
bisa yang berbentuk sebuah warta, … mungkin berbentuk berita
tidak sengaja diminta-minta, … tapi semoga tetap ada dan menjadi fakta
di sana aku pernah bangga, … biar sederhana punya rumah-tangga
lama juga tanpa kenal kata hingga, … merasa kokoh tersangga
di halamannya ada pohon mangga, … di pucuknya ada sarang serangga
bila berbuah puas membagi ke tetangga, … tidak lupa ke sesama warga
juga dengan sahabat lain marga, … sesudah menyisihkan bagi keluarga
sisanya dinilai dengan harga, … itulah rumahku yang pernah jadi surga
di sini aku sendiri bisa mati kaku, … di sana tetangga akan berperilaku
di sini aku ya cuma aku, … di sana ada sedikit yang setara dengan keluargaku
di sini aku diam terpaku, … sering bingung bagaimana bertingkah-laku
di sana mudah cari pengisi saku, … karena bekerja masih jadi pelaku
di sana masih bisa makan duku, … sambil menulis buku
di sana ada si kecil yang lain suku, … tapi denganku bagai daging dan kuku
di sana hidup pernah romantis, … udara dan air dinikmati gratis
rumah kecil mudah ditata dan elastis, … nyaman hidup walau tidak sepert artis
ketika hujan dan air jatuh di teritis, … banjir tidak pernah sampai di betis
tidak ada yang merasa di bawah-taktis, … bercanda sambil makan tahu petis
hidup elok dan praktis, …seperti sang Ratih dan Kamajaya lagi menitis
tapi semua kini cuma kenangan manis, … dilalui tanpa perlu lagi isak tangis
kini di sini aku seperti dalam kegelapan, … meninggalkan sebuah peradaban
di sini aku sendiri serasa gelagapan, … di sana bisa berkumpul sampai delapan
di sini aku seperti kehilangan sampan, … karena di sana dia tersimpan
di sana aku bisa memandang ke depan, … biarpun nanti cuma dijadikan umpan
walau di sana aku risau akan kain kapan, … juga peti mati dari kayu papan
apa di sana bisa kembali sedikit terdepan, … biar pun diri tidak tampan
di sana pernah ada yang di panggil dikau, … pengganti kata engkau
menghindari sifat aku aku kau ya kau, … laku yang elok tapi hati sulit menjangkau
rumah tidak rimbun oleh pohon bakau, … tapi indah juga dan memukau
tidak seperti perilaku orang lagi sakau, … karena memang aku anti tembakau
hidup berdua bagai di tepi danau, … hingga pohon di depan berbuah limau
kini suratan dijalani mau tidak mau, … lemah oleh sorot mata harimau
di sini aku tanpa tegur siapa-siapa, … di sana tetangga biasa menyapa
di sini tercenung sepi di bawah pohon kelapa, … di sana riuh walau pun seberapa
di sini aku sering bertanya kenapa, … karena aku tidak tahu ada apa
di sini aku sering lupa, … hari ini tanggal berapa
di sini perih menusuk sampai limpa, … meski tiada yang menimpa
di sini air mata yang sering dijumpa, … karena duka dan merasa hampa
di sini aku tidak menghitung hari, … di sana waktu terasa berlari
di sini sering gigit jari, … karena rindu tergenggam digoda nyanyian kenari
ingin rasanya membawa ke mari, … yang bisa diajak terbang menari
setelah lelah saling mencari, … serasa sampai di belantara dan gurun Kalahari
di sini dapur tidak ada lemari, … apa lagi untuk menyimpan masakan kari
di sini tidak ada yang menawari, … mau sahur apa sebentar dinihari
di sana bisa jajan gado-gado, … di sini hidup mengirit seperti kusir sado
di sana bisa makan bubur-manado, … di sini cuma ingat teman di Manado
di sana bisa ketemu balado, … di sini seperti lagi tersesat di habitat komodo
di sana ada teman kecil diajak main ludo, … atau seru bermain nintendo
di sana meski menghadapi jago yudo, … yang kejam seperti wong-londo
tapi bisa dibujuk main domino, … dengan beberapa kaum tua yang kuno
di sini aku rindu kenangan, … di sana kenangan cuma di angan-angan
di sini aku ingin gandeng tangan, … di sana tangan ini pernah gandengan
aku ingat dulu beriringan, … bersama menghadapi banyak tantangan
di sini biar bebas dari serangan, … tidak terancam oleh tendangan
di sini aku tidak cukup pangan, … tapi tidak bisa kumpul mangan ora mangan
di sini tidak ada yang mengurut lengan, … ketika letih hingga pergelangan
di sini aku ingat yang sudah-sudah, … di sana dia simpuh di tikar mengarah Kabah
di sini aku ingat seraut wajah, … yang dulu di depanku gemas jalan berjelajah
di sini aku mendesah, … karena ternyata di sana itu membuat aku susah
di sini aku bisa membuang resah, … mengeringkan pipi yang basah
di sini aku tidak memiliki rumah, … tidak ada umat yang salat berjamaah
tapi tetaplah memohonkan rahmah, … karena jika sakit nanti tiada yang menjamah
di sini aku rindu jalan berdua, … di sana bisa saja sebelum talak dua
di sini usia cepat merambat tua, … ingat di rumah pernah didaulat jadi ketua
di sini aku seperti sembunyi di gua, … bersembunyi karena salahku jua
di sini aku ingat semua, … yang di rumah atau yang jarang bersua
di sini hati tidak mendua, … meski tidak diwejangi para tetua
tertunduk mengingat kedua orang-tua, … terkenang ayah dan ibu mertua
di sini jauh dari gunung Kerinci, … ke sana tidak mungkin bersekoci
di sini hanya berteman para kurcaci, … yang dalam riwayat suka bantu mencuci
mengobok-obok sampai ke dalam laci, … bukan kerena mencari kuaci
di sini aku harus melupakan benci, … karena di sana dulu ada hati bak buah laici
di sini rasanya ingin mengunci, … semua ditutup rapat saja tanpa lubang seinci
di rumah kecil ini aku titip sebuah peci, … karena aku mau pulang setelah bersuci
di sini aku ingat di suatu waktu terluang, … dalam sakit sebelum bunda berpulang
resah dan risau di hati tertuang, … dan bunda mengatakan sebelum aku pulang
saat di mahkamah ada perkara hutang-piutang, … di tingkat pertama aku menang
boleh menerima sebahagian uang, … bunda berpesan dengan hati yang lapang
agar menghajikan seseorang, … yang pantas sesuai agama yang dipegang
saat kini bunda tidak lagi memandang, … kalau aral dihadapan sudah terhadang
apa yang bunda pesankan, … kini tinggal jadi amanah yang tak dilaksanakan
bukan karena abai atau tertekan, … atau karena ada rasa sungkan
orang yang pantas sudah hilang tertelan, … oleh keinginan orang sekumpulan
dan memilih tidak lagi sejalan, … setelah bersama puluhan tahun sekian bulan
tidak ingin lagi berhandai tolan, … tidak mau lagi surut biar dengan pelan
maafkan aku karena kegagalan, … lalai karena hidup dianggap sepenggalan
dan terima kasih bunda, … meski hidupku acak tidak seperti ayahanda
tapi aku tidak lahir di jaman Belanda, … aku tidak disebut koe orang dari Merunda
masih ada yang menyapa aku anda, … pengganti kata kau dalam semenda
aku pernah menikmati jalan dalam senada, … makan bersama dengan selada
jika aku luput di mata tidak nampak ada, … dia akan mencari dimana aku berada
kini ijinkan aku menemui dia yang kusapa dinda, … seperti yang dihatiku meminda
dinda,
di sini aku cepat tersadar, … di sana itu semisal padang badar
di sini aku ingin lagi berpendar, … karena di sana tidak ada tempat bersandar
di sini aku ingin tidak lagi terlontar, … aku tidak ingin lagi runtuh bak daun lontar
aku mau jalan mengitar, … atau ke mana saja bisa berputar-putar
di sini aku ingin berbinar, … karena di sana aku pernah kehilangan sinar
biar di sini tidak tenar, … karena yang di sana saja merasa yang benar
di sini aku ingin memelihara cinta, … pada orang yang sejati wanita
meski tidak seperti yang dipinta, … walau bukan itu yang dicita
walau tidak terukir dengan tinta, … biar pun tidak pantas jadi gita
di sini andai ada seorang santa, … dari negeri lain yang menunggang onta
atau andai di sini ketemu Dewi Shinta. … yang oleh Rama pasti kembali diminta
mungkin bisa membuat hidup tidak renta, … tidak buram seperti jelanta
di sini aku ingin mulai dengan basmalah, … karena di sana cepat lelah
dengan nama Tuhan, bismillah, … semoga aku tidak sulit memilah
semoga aku tidak dibiarkan kalah, … agar aku tampil bisa mengalah
di sini aku ingin kembali fitrah, … karena di sana aku terlalu parah
maka elok beristikharah, … agar dipilihkan dengan yang jalan-searah
agar hidup tetap di dalam jazirah, … dan tidak usah tertulis dalam sejarah
di sini aku ingin banyak merenung, … di sini saja tidak usah di puncak gunung
di sini aku mau larut termenung, … menghindari mantra tukang tenung
di sini aku tidak mau lagi murung, … karena samudra bisa diharung
bila itu bisa membuat hidup tidak dilarung, … ingin terbang seperti burung
agar bisa bertemu dengan yang berkain sarung, … atau yang berbaju kurung
bahkan biar pun dia penjaga warung, … kenapa tidak bila hidup bisa untung
di sini aku ingin banyak tahajud, … serasa tidak mau bangun dari dalamnya sujud
karena di sana aku bagai tidak berwujud, … karena begitulah yang dimaksud
aku di sini bukan di Ubud, … tidak juga di sana di tempat yang bernama Uhud
aku yang tidak biasa bermaulud, … yang tidak mensakralkan gunung Kelud
aku yang tidak pernah punya intan zamrud, … sejak di jaman burung hud-hud
aku bukan bagaian orang hasud, … semoga aku dari kaum yang maujud
di sini lupa hari minggu abai pada ahad, … makan kangkung serasa salad
di sini tidak ada perayaan milad, … sudah seperti itu dari abad ke abad
karena sesuai dengan aqad, … yang dilakukan dengan sebuah tekad
tanpa ada rasa yang hasad, … kecuali ingin menjadi murad
dan ingin meniru yang di hikayat babad, … dari seorang yang bernama Sinbad
tidak akan seperti si murtad, … yang dikenal sering nekad
di sini aku ingin diam tepekur, … karena di sana aku pernah bicara tekebur
semoga dengan banyak merasa bersyukur, … hati bisa diajak akur
karena dalamnya hati tidak terukur, … tetap mau damai biar diancam sangkur
biar diri terkurung bagai burung tekukur, … biar semua milik habis dicukur
andai raga harus masuk liang-kubur, … semua khilaf sudah hilang dilebur
hidup jangan seperti ubur-ubur, … atau keledai yang berulang-ulang jatuh kecebur
di sini aku ingin mati tidak usah dijajal, … sebab di sana aku mati sebelum ajal
karena di sana aku selalu gagal, … ditelanjangi bagai orang habis kena begal
di sini aku tidak ingin lagi dijagal, … karena hidup terasa sudah sangat pegal
hidup jangan lagi gasal, … baiklah menghindari pelanggaran dari setiap pasal
kalau tidak bisa hidup secara massal, … biarlah sendiri tapi jangan lagi pakai misal
semoga tidak ada sesal, … karena tidak ingin menjalani dengan kesal
sudah dinda ya sudahlah, … kembali tidur dan terlelaplah
aku pun tidak mau lagi melihat ulah, … yang membuat hatiku kian sakit malah
meski jalan terseok tidak lagi lincah, … biar pergi semakin jauh dari kancah
di mana nafsu-perang mudah pecah, … di mana jiwa habis diorat-oret dan dicacah
tidak usah lagi ada tanya benarkah, … karena penderitaan juga sebuah barokah
aku tidak mau ikut bertingkah, … lebih baik aku kembali melangkah
aku mau jalan bagai sebuah epos, … aku jangan dulu sampai mati keropos
di sini memang bukan di Tapos, … yang dulu terkenal karena sering diekspos
di sini tidak ada gardu ronda atau pos, … tidak terjangkau oleh tukang-pos
enaknya jauh dari orang yang suka adu jotos, … yang tampil berkepala plontos
di sini cuma yang suka baca mitos, … dan aku yang suka pada si Roberto Carlos
aku tidak mau lagi gembos, … kesulitan hidup harus aku terobos
sekarang aku mau menyingkap tabir, … bukan cuma semata kata di bibir
dan menjadi bahan saja untuk dicibir, … karena duduk saja memegang botol bir
aku juga tidak mau disini subur menggelambir, … atau hidup seperti buah kecipir
aku kini tidak dalam ancaman sipir, … seperti dulu ketika diperlakukan bagai tapir
aku tidak mau lagi hanya sekedar mampir, …ketika penat seperti seorang supir
meski di sini tidak ada kelompencapir, … tapi aku tahu di mana ada batu shapir
sekarang meski hanya bisa menggagas, … dan sulit dibuktikan dengan tegas
sekali dalam hidup saat nikah mengenakan jas, … karena saat dicuci jas sulit dibilas
padahal diri bukan golongan pemalas, … cuma nasib dan suratan menggilas
seperti air bening di dalam gelas, … sudah tercemar oleh limbah biogas
dijernihkan pun dengan tawas, … tidak akan memulihkannya lagi jadi lawas
sekarang hilangkan rasa was-was, … biar pun jalan pincang mata tidak lagi awas
hasri,
kamu pasti adalah diriku sendiri, … kuwejangkan, lupakanlah rasa terkebiri
pandai-pandai dalam menyendiri, … agar damai hingga hidup diakhiri
manfaatkan saja usia yang sisa sebiji kemiri, … sampai usai jangan lagi wira-wiri
lihatlah hidup ikan tenggiri, … tidak terasa garam meski asin di air laut sehari-hari
terasa asin ketika garam ditaburi, … saat mati dan dijemur sinar mentari
berhentilah berlari, … jika tanpa tujuan dan kelak hanya ditanam bagai ari-ari
kembalilah bangkit, … pedih jangan lagi dibuat terjungkit
jangan lagi membiarkan diri terjangkit, … rasa dendam yang masih diungkit
tinggalkanlah rasa pilu sedikit-sedikit, … lupakanlah derita yang sangat sakit
tidak usah lagi mencari rakit, … karena di sini tempat berbukit
nikmati saja nyanyian burung parkit, … lupakan yang menjadi penyakit
biar hidup sudah pailit, … senyuman jangan dilepas dengan pelit
bangunlah dari mimpi buruk, … jangan lagi biarkan diri terpuruk
jangan hidup seperti beruk, … merampas sesama dengan suara hiruk
jangan ikuti pola orang kemaruk, … sebarkan manfaat bagaikan buah jeruk
perasan airnya buat pelengkap lauk, … daunnya pun bisa dibuat lauk-pauk
menemani masakan dalam periuk, … batangnya berduri tapi tidak meliuk
bisa untuk gagang sapu ijuk, … pembersih ruang agar tampak sejuk
ucapkanlah selamat tinggal, … pada apa pun kalau memang harus ditanggal
jangan lagi merasa janggal, … karena hidup sendiri seperti terpenggal
katakan selamat datang rasa tunggal, … temani diri di sini sampai meninggal
hingga tiba di batas yang terjal, … di mana terdapat ujung yang bernama ajal
bilang selamat jalan pada yang pernah mengganjal, … yang selalu riuh berjejal
yang rajin mencari lawan untuk menjajal, … ilmu yang hanya sejengkal
selamat tinggal kenangan, … karena kamu tidak pantas lagi di angan
tidak diingat lagi mendingan, … agar tidak ada lagi tanya di hati dosa apa gerangan
lebih baik kedua telapak-tangan, … dieluskan ke dada agar beban menjadi ringan
tidak usah ingat pisang setandan, … yang ditebas di dekat pohon pandan
lebih baik dengan etika tubuh di dandan, … agar bisa menjadi teladan
lebih baik membasuh seluruh badan, … hamparkan sajadah tanpa ada sedu sedan
selamat jalan derita panjang, … sudah terlalu lama kita berseranjang
meski sering dicampak ke dalam keranjang, … diangkat juga hanya sejenjang
lalu dibiarkan menggelinjang, … dan akhirnya membeku di kolong-ranjang
lama sendiri tanpa semangat ditunjang, … dari hari ke hari dibuat tergonjang
lama pernah hidup seperti orang magang, … kini hidup bak perantau yang dagang
hilang rasa tegang, … bersama hilang sakit di pinggang
selamat datang hidup baru, … aku senang meski pun terharu
kini bagai menanam kayu gaharu, … yang wangi merasuk ke paru-paru
menatap jauh ke langit biru, … dan berharap terhindar dari perbuatan keliru
jangan lagi suka terburu-buru, … hidup jangan lagi dibuat seru
jangan membiarkan sakit puru, … atau mau menghadang laju peluru
lebih baik banyak berguru, … ilmu datang dari berbagai penjuru
selamat merasa lega orang tertindas, … kini bisa tinggal landas
mau kemana saja tidak takut lagi terlindas, … dan semoga tidak lagi terkandas
semoga yang digenggam juga tidak licin tandas, … lalu terpelanting di batu cadas
hati yang pernah terasa judas, … lalu apa pun yang mengganggu seperti kadas
juga apa yang pernah terasa pedas, … atau yang kotor dan membawa hadas
tinggalkan saja dengan pantas, … agar kini semua menjadi tuntas
selamat menikmati pedih orang yang punya malu, … tingggalkan masa lalu
tidak usah tampil seperti pemalu, … biarkan di dada ada yang bertalu-talu
meski pernah dianggap benalu, … dan dirancang-rancang dengan alu
biarkan saja semua berlalu, … begitu pasti akan lebih baik selalu
lupakan yang terjadi dahulu, … usah dikenang lagi kala bersaksi di penghulu
lebih baik siapkan rakit ke hulu, … di sana bisa ketemu ikan melulu
ssst, … kenapa pergi tidak lagi membalik, … sudah dianiaya malah bertabik-tabik
kenapa kamu tidak balas memekik, … kenapa tidak balas mencekik
kenapa tampil seolah batu akik, … tempatmu di atas kenapa turun menukik
apa tidak bisa lagi kamu telik, … apa matamu tidak bisa mendelik
bukankah rumah itu sah sebagai milik, … bukan pula hasil kerja sebagi penculik
kalau tidak mau disebut licik, … dibagi berdua saja sudah terlalu laik
ooow, … ini pasti setan yang berbisik, … yang tampil bias tidak bersisik
setan memang suka mengusik, … membuat yang tenang jadi berisik
ketika sendiri diam dalam bilik, … di telinga mulai halus menggilik
maka jawab saja dengan penampilan menarik, …kalau perlu sambil melirik
sebelum menjawab nafas ditarik, … hilangkan di hati kalau masih ada rasa sirik
lalu katakan dengan manis di mimik, … seolah kumbang menghadapi putik
sayang bangsa setan dan iblis, … tidak berbentuk layaknya Neng Geulis
setan seperti yang ada tertulis, … matanya membelalak tidak beralis
setan pun mudah merilis, … dari sini tau-tau sudah di Bengkalis
mau dialog-kata saling tangkis, … setan tanpa wujud tanpa psykis
bisa sembunyi biar di daun pakis, … dan tidak akan mungkin terkikis
biar pun disuguhkan kue pukis, … setan tidak akan nampak untuk dilukis
jadi untuk dialog terbuka, … tidak usah pintu yang di buka
setan ada di sisi kiri atau di muka, … berkata-kata apa pun yang dia suka
dia tidak bermuka, … jadi wajahnya tentu tidak masam bagai cuka
setan suka membuat orang jatuh dalam duka, … biar pun tanpa luka
tidak memilih hamba atau paduka, … siapa pun dia ajak bersifat suka-suka
pandai cari-muka, … membujuk yang lagi puasa agar batal dengan berbuka
maka jawablah tanpa menoleh, … bersikaplah dengan hati yang soleh
katakan harta yang sudah diperoleh, … berikanlah semua sebagai oleh-oleh
dimiliki bersama juga tentu boleh, … jadi bukan tidak ada lagi kini yang ditoleh
karena apa yang sudah ditoreh, … tidak akan hilang biar diboreh
jadi wahai setan, berhentilah mengoceh, … jangan suka meleceh
lebih baik minta saja uang receh, … dan pergilah jauh misalnya ke Aceh
tapi setan tidak butuh uang, … setan cuma mencari ruang
ketemu dengan orang yang terbuang, … hidup di kutub seperti beruang
yang merambah jalan dengan berjuang, … meninggalkan madu yang tertuang
tidak punya tungku untuk berdiang, … di pemakaman pun sudah disiapkan liang
kalimat caci sering mengiang, … karena diperlakukan sebagai biang
setan senang dan sangat riang, … karena membuat orang menabrak tiang
jadi jangan ikuti perilaku setan, … yang mudah pindah dari ujung-kulon ke wetan
merubah nasi putih jadi nasi ketan, … kalimat santun bisa jadi plesetan
meminta dengan banyak tuntutan, … yang menjerumuskan badan masuk rutan
mengajak berperilaku seperti orang hutan, … atau sejenis bekantan
kini sudah jadi sang mantan, … dicampak bagai ampas yang tidak lagi bersantan
tidak lagi dilihat seperti intan, … hanya dianggap sejenis cemilan berjintan
hiii hiii! … jangan pikir harta itu gono-gini, … karena kamu sekarang terbuang disini
bukan karena jalanmu ini, … sesuai dengan yang banyak menjadi opini
ketika rumah tangga sudah begitu dan begini, … lalu sepakat meski sangat dini
bukan karena dipaksa kesini, … tapi berpisah dengan baik sesuai yang diingini
sikap itu tidak sesuai dengan seorang Kartini, … yang hidup di masa kini
biar pun kamu Gemini, … tapi jangan lemah tidak punya lini
hmm, … harta itu biar saja tidak jadi pelik, … berikanlah semua yang paling baik
termasuk anak-anak terbaik, … sebagai imbalan pernah sehidup dalam turun-naik
cukup diri sendiri saja yang tercabik-cabik, … agar damai di hati melimpah berkubik
biar badan terbuang sendiri seperti sebutir manik, … dan dihindari dengan rasa jijik
disamakan dengan ayam burik, … atau ditatap penuh rasa geram sambil bergidik
biarkan di sana riang sorak ditempik, … diri biar cooling-down sebagai orang terdidik
hooo, … jangan begitu Bro, … jangan tampil terlalu hero
ingat kamu sekarang zero, … dalam pewayangan kamu itu cuma goro-goro
pada nasibmu juga tidak ada yang pro, … memikirkanmu saja boro-boro
kamu bukan kepala biro, … kamu juga bukan seorang ndoro
tidak punya deposito atau pun giro, … kamu itu dipandang katro
tidak menunggu malam satu suro, … setiap saat kamu bisa dimaki bagero
… biarkan saja seperti itu, … karena aku tidak begitu
masih bersyukur bisa memberi sesuatu, … tidak usah ingat pernah seperti piatu
dikucilkan tidak diajak bersatu, … makan sendiri bersila di lantai batu
meski pun dianggap orang buntu, … karena pendapatan yang tidak menenentu
walau hidup disetarakan dengan pembantu, … lalu dikuncikan semua pintu
biar rumah tangga dibuat tidak bermutu, … hidup tidak terurus dari waktu ke waktu
… kamu seperti ikan berduri lunak, … dan kamu pun terlalu gampang dijinak
kamu tidak merasakan banyaknya onak, … kamu anggap cuma duri ikan belanak
terlalu mengutamakan yang ada di benak, … kamu sudah dibuang tanpa sanak
karena tidak memiliki tanggal baru di almanak, … meski tidak pernah tidak menanak
hingga beranak-pinak, … barangkali karena kamu bukan seorang menak
diabaikan pernah membesarkan anak, … karena dianggap bukan diri yang beranak
aaah, … kenapa kamu yang bertingkah, … seperti setan yang serakah
sampai sekarang sejak nikah, … mungkin aku pernah lupa memberi nafkah
jadi biar semua nilai dalam warkah, … aku berikan dalam bentuk sedekah
agar kewajiban tertunai selangkah, … jangan seperti di antah berantah
hak ditempel kuat bagai lintah, … kewajiban bertumpuk dibiarkan mentah
menunaikannya nanti entah, … kecuali sudah kadung nekad melanggar perintah
… tapi bagaimana nanti, … bila sakit parah tanpa diwanti-wanti
diri sendiri tanpa ada penanti, … padahal tidak juga dalam santunan sebuah panti
kamu di sini juga tidak sedang libur-cuti, … dan kamu sudah habis dilucuti
pekerjaan yang pernah digeluti, … buyar tidak meninggalkan arti
jika ajal menjemput setelah lelah meniti, … dan usai tidak ada yang meneliti
karena setiap orang akan berpulang pasti, … bagaimana jenazah bisa punya peti
… itu juga bagaimana nanti, … karena Tuhan maha tahu dan maha pengarti
hidup bagai roda pedati, … biar terpuruk tapi pasti ada juga yang sehati
memang ada yang puas memberi sekati, … ada pula yang berbagi tanpa henti
di sana ada sahabat pemerhati, … ada juga kerabat yang mau mendekati
akan ada masyarakat yang punya empati, … dan ada saudara yang bersimpati
menyiapkan yang sederhana seperti peniti, … sampai sebuah peti-mati
yaaa, … kenapa di sini membawa sengsara, … hidup kalah oleh burung dara
yang punya rumah di dahan cemara, … bisa berpasangan jauh di atas menara
kenapa tidak menuju ke utara, … di sana banyak sanak saudara
sampaikan derita tanpa perantara, … dan baik juga tinggal di sana sementara
tidak elok dalam sakit mengembara, … diamlah di sana menghirup udara
agar bisa melupakan huru-hara, … agar duka dan suka menjadi setara
duuh, … berhentilah berbicara, … jangan memaksa aku jadi jawara
karena aku kini serasa di depan sebuah vihara, … yang sejuk terpelihara
karena di hatiku damai bermuara, … aku tidak mau menghalalkan semua cara
biarkanlah aku di sini tanpa sandiwara, … biarlah aku tidak menjadi juara
jangan ajak aku memperbesar perkara, … jangan sampai di hatiku menyala bara
karena di sini nanti aku akan berpusara, … jenazahku ditanam tanpa upacara
waah, … kamu mulai tidak adil, … kamu rendahkan diri seperti candil
memang damai lebih fhadil, … tetapi jangan pada tirani kamu ikut andil
menawarkan kembang saat menghadapi bedil, … jiwamu pasti sedang labil
kamu selalu salah-ambil, … hidup ini bukan sekedar saja dijadikan sambil
kamu harus berani tampil, … karena kamu masih terampil
jiwamu jangan seperti upil, … meski kamu sejati orang sipil
… kamu datang tak dipanggil, … sayang aku tidak melihat sosokmu yang bugil
tapi aku tidak akan menggigil, … aku tidak akan merasa dicungkil
meski pun wajahmu tengil, … atau menyaru jadi anak yang mungil
karena kamu tidak bisa membedakan bocah dekil, … dengan yang sudah akil
mungkin di matamu ada timbil, …sehingga tidak berhenti berbuat usil
aku lebih suka memegang batang pinsil, … agar hidup membawa hasil
uwiss, … kamu tidak realistis, … sedikit berlakulah seperti seorang artis
lihatlah di sana kamu diperlakukan sadistis, … dicerca habis dengan bombastis
di bidik dengan senapan otomatis, … benar-benar hidupmu tidak lagi praktis
kamu harus garang karena ini sudah politis, … jangan lagi pakai cara diplomatis
keadaanmu semakin kritis, … kamu biarkan dirimu jadi barang gratis
kamu juga balas seperti yang sudah dirintis, … kerabatmu harus tahu agar etis
… aku ingin sisa hidupku agak manis, … dukaku biar tidak dipandang sinis
aku malu di depan kerabat tampil menangis, … malu di rumah gagal jadi masinis
sebagai sulung dari saudara segaris, … malah memberi teladan yang membuat miris
aku tidak ingin ada yang berbuat nyaris, … rasa tabu dibuat jadi penglaris
seolah mencabut keris, … patut bangga dan merasa narsis
biar dukaku menjadi sebuah krisis, … dan anggap saja sepotong roti kismis
yahhhh, … kalau begitu aku permisi, … sia-sia otakmu diisi
agar kamu tidak hanya sebuah ilustrasi, … agar kamu bisa tampil berdasi
agar di tanganmu ada komposisi, … agar hidupmu ada ambisi
aku sebenarnya ingin kamu bikin petisi, … sesekali dengan jernih sesuai intuisi
jangan begitu mudah diekstradisi, … seperti orang yang tidak bertradisi
jangan hidupmu hanya seperti tahu-isi, … digoreng dan dihabisi
nahh, … aku tidak melihat kamu itu di mana bersisi, … karena kamu tanpa dimensi
kamu tidak punya eksistensi, … kalimatmu pun tidak punya esensi
jadi sia-sia kamu menggambarkan visi, … karena setan tetap jahat dalam misi
kamu fikir aku sudah kehilangan fungsi, … hanya karena sudah tidak bergengsi
jadi pergilah kamu mengungsi, … atau kembalilah ke sebuah tangsi
aku ingin sendiri di sebuah posisi, … karena aku sekarang mau menulis puisi
…… ijinkan aku berpuisi, … dengan segenap rasa dan emosi
bagai seorang musisi, … yang kembali duduk memeluk gitar di sebuah kursi
meski pun semuanya sudah basi, … biar pun wajah ini pucat pasi
tetapi pernah menjadi resi, … yang jauh dari sikap si tuan bertangan-besi
karena sejauh-jauh mencari sesuap nasi, … pasti pulang seusai transaksi
karena rasa letih oleh situasi, … yang terjadi akibat kondisi ……
usia sudah tua tapi belum aqil-baliq, … abai sebelum menghadap sang Khaliq
umur habis buat mengejar barang antiq, … gila melihat barang yang uniq
bagai menunggang sejenis bouraq, … melintasi desert di wilayah Iraq
atau melitas di negara mendiang Ziaulhaq, … didampingi guide Masdulhaq
melihat segalanya tanpa mustahaq, … seperti sahabatku yang bernama Abdulhaq
yang memandang seisi alam falaq, … sebagai sesuatu yang abadi dan haq
tiba-tiba ingat sahabat si Max, … yang ngefans berat pada kesebelasan Ajax
seiring popularitas pertamax, … tiba tiba paranoid pada penyakit antrax
atau takut dengan bakso berborax, … yang bisa lolos masuk tanpa airport-tax
bagai membaca running tex, … karena tidak menemukan di dalam index
atau takut kehilangan gairah sex, … karena tidak kenal tablet inex
lalu mencari talet bodrex, … ketika cerai dan menjadi sang mantan alias ex
…… ijinkan aku bersyair, … sebagai tanda kebekuan telah mencair
seperti beningnya air, … membuat diri seperti baru terlahir
seperti seekor ikan mujair, … yang bebas berenang sampai di hilir
maafkan kalau tidak terasa menyihir, … karena memang aku tidak mahir
tidak terbiasa menyindir, … karena biasa diperlakukan seperti orang pandir
dan mungkin terbiasa tampil hadir, … seperti habis direndam gambir ………
once upon a time on May, … must be goodbye but please don’t to say
yang dulu manja memanggil say, … ogah menghardik meski hanya berseru hay
kini mungkin sudah menganggap aku gay, … karena sering bercelana cut-bray
menangis hanya karena dengar lagu Walk Away, … dianggaplah lebay
atau sering di sebut si jablay, … apa memangnya aku ini anak alay
padahal saat kecil aku suka Ali si Cassius Clay, … sekarang suka premiere Barclay
bertanding sudah bagus bisa draw, … karena miris dengar justice of law
enggan mengerling ke arah lovely young widow, … yang nongol by the window
hidup seperti berhadapan dengan the jaw, … dan cuma bisa menjerit haddaaaw
cita-cita menjadi amirul-haj, … maka rajin menghadiri acara isra’ mi’raj
seolah diri seorang maharaj, … meninggal kelak dibuatkan sebuah Taj
merasa punya teman di India bernama Suraj, …lupa diri tak lebih cuma sopir bajaj
…… ijinkan aku membuat gurindam, … agar tiada lagi yang dipendam
hati bersih dari dendam, … rasa sakit biarkan tergilas kaki kuda berladam
karena keabadian di hati tidak bisa padam, … biarlah kemarahan yang diredam
hidup sendiri tanpa seorang madam, … mengurus diri sendiri menjadi khadam
karena memang turunan Adam, … surga dan neraka tergantung yang digenggam
yang menyakitkan anggap saja langgam, … buat keindahan berpuspa ragam ……
dulu pernah punya Cadillac, … tapi kini usai dan dianggap cleptomaniac
padahal cuma seorang bola-maniac, … yang nonton hingga anyir berbau amoniac
di balik batu carnac, … muncul reinkarnasi Joan of Arc
ternyata penyaru jurnalis memegang mic, … sedikit bergaya memperlihatkan sciatic
dengan gaya scientific, … ingin wawancara dengan Zlatan Ibrahimovic
padahal di sini ada seorang korban Titanic, … sekaligus korban gempa tectonic
merasa ada yang muncul kelihatan sceptic, … adakah dia lovely lady from Gothic
yang kelihatan sangat exotic, … berpadu dengan penampilan erothic
tanpa ingat akan nilai-nilai ethic, … atau budaya mewakili ethnic
ah, ternyata cuma sebangsa mimic, … yang datang dari wilayah arctic
jalan gontai seperti seorang alcoholic, … yang keliru minum arsenic
tapi dari mulutnya terlantun epic, … padahal kalimat kotor layaknya black-magic
…… biarkan aku bersajak, … agar hati yang bingung bisa diajak
biarkan kalimatnya turun lalu menanjak, … agar tidak mudah dibajak
karena yang pedas bukan cuma rujak, … yang keras belum tentu tidak bijak
supaya sikap tidak melunjak, … meski bisa saja riang melonjak
karena hidup harus dipajak, … agar pendapatan bisa dijajak
maka sajak atau pun sanjak, … aku ingin agar meninggalkan jejak ……
dulu berpostur laiknya August Melaz. … kini dilecehkan di depan hijaz
terbayang seperti terpuruk di Alcatraz, … karena telah mengembat sejenis topaz
maka berat di lidah kalimat bagai berhadapan ustadz, … talak satu di lafadz
lalu gemuruh di benak irama jazz, …ganti berganti dengan irama waltz
andai bisa ke India dan ketemu dengan Mumtaz, … atau ada sahabat lain di La Paz
kalau saja bisa lari sampai ke Santa Cruz , … agar bisa menjadi fairuz
kalau dengar sebutan Antonov, … jadi ingat tuan Gorbachov
jangan salah dengan Anya Dwinov, … lahir November lalu disingkat nov
kepala-divisi disingkat kadiv, … di era orla tahun vivere very coloso disingkat taviv
Olivia di disapa Oliv, … Universitas disingkat menjadi Univ
curriculum vitae disingkat CV, … ada usaha berbadan hukum yang juga disingkat NV
kalau usiaku ingin disingkat kirim virus HIV, … agar sekarat diliput oleh stasiun TV
…… ijinkan aku berpantun, … tidak seperti dialog yang ada dalam filem kartun
ijinkan syairku melantun, … semoga bisa menjadi penuntun
karena biar diri berbusana kain katun, … tapi jiwa elok dan tampil tetap santun
karena biar bagai tembakan beruntun, … dia tetap adalah sebuah pantun
jangan ada di hati mencari dukun, … orang tua yang berjanggut dan berjakun
lebih baik mencari buah sukun, … digoreng dan dimakan dengan rukun ……
dulu masa kecil kagum pada Omar Shariff, … menunggang kuda di bukit Cardiff
tapi bercita-cita jadi yudikatif, … setelah dewasa berubah ingin jadi legislatif
tamat sekolah kepingin jadi eksekutif, … tapi ternyata ketemu banyak alternatif
dan ketika melihat hal itu sepertinya terlalu naif, … cita-cita buyar dan mulai selektif
lalu cari pendamping-hidup dengan sportif, … agar nanti di rumah bisa pro-aktif
karena diri ini sangat sensitif, … cemas diri diperlakukan pasif
hitam berdaki naik kapal api, pencuri terasi, … makan sama nasi
si Akap, si Nohong bersama Hasri, … bercakap pun bohong lama-lama mencuri
kalau ada sumur di ladang, … aku mau mandi dan tidak hanya numpang
kalau ada umurku panjang, … aku ingin hidupku ini kembali senang
kura-kura meninggalkan perahu, … karena perahu bukan kayu gaharu
pura-pura tidak tahu, … kalau bikin perahu bisa dengan batang waru
… ijinkan aku melagukan balada… sebagai tanda kalau aku masih ada
biarkan warna lembayung di ufuk tetap senada, … karena begitulah mayapada
mari belajar pada seisi persada, … sebagai akademi bagi orang miskin tak-berada
karena sangat nampak dan tidak mengada-ada, … tidak bias dan rada-rada
nasib jangan di simpan di rongga dada, … lakukan sesuatu dengan penggada
di depan bagai memimpin armada, … perih ini hanya sepadas sebiji lada ……
ikan bolu ikan cakalang, … dimasak dulu baru dibawa pulang
lain dulu lain sekarang, … yang tidak perlu ditinggal saja di batu karang
empat kali empat sama dengan enambelas, … tiga kali empat tentu duabelas
sempat tidak sempat jangan dibalas, … biarkan dia mengumpat tanpa berbelas
dari mana datangnya lintah, … dari negeri nyata ke antah berantah
dari mana datangnya perintah, … dari yang dulu cinta kini jadi pembantah
ikan sepat ikan gabus, … enak dibakar dan dimakan dengan singkong rebus
makin cepat semakin bagus, … kalau perlu pakai saja ilmu debus
burung merpati burung betet, … diberi pakan butiran pelet
siapa juga mau sama si kuntet, … kalau perlu usir pakai ilmu santet
ikan tawes ikan lele, … enak digoreng dan dimakan sambil main ukulele
siapa juga yang mau bertele-tele, … kalau perlu intimidasi dengan tari cakalele
… ijinkan aku menembang, … agar sebagian pilu di dada dibawa terbang
karena cintaku tidak bisa dengan nyanyi perlambang, … suaraku agak sumbang
apalagi aku orang yang suka bimbang, … berdiri serasa mau tumbang
merasa sia-sia jadi kumbang, … karena sudah tidak ada lagi putik di kembang
dalam blank suka terbayang tali-tambang, … karena fikiran mengambang
jiwa terasa ikut bersama senja di rembang, … tanpa banyak lagi menimbang
kasih ibu sepanjang jalan, … tidak tergantung pada penanggalan
kasih anak cuma sepenggalan, … begitu pun ada ibu yang rela amanah ketinggalan
pada anaknya orang tua dititahkan, … untuk melindungi dan membesarkan
dan pada orang tuanya anak difitrahkan, … mengabaikan dan menyia-nyiakan
jadi orang-tua dan anak cuma mengembangkan, … sesuatu yang digenggamkan
kecuali pada putra pilihan, … yang dikasihi dan dimuliakan oleh Tuhan
berakit-rakit ke hulu, … trauma mendengar kata penghulu
bersakit-sakit dahulu, … nanti bisa keterusan dapat ketupat bengkulu
berenang-renang di tepian, … memang sakit juga hidup sendiri kesepian
bersenang-senang kemudian, … asal tidak keburu dijemput kematian
cikini si Gondangdia, … lebih baik hibur diri nonton filem India
jadi begini lantaran dia, … kalau begitu buang saja dia ke Normandia
demikianlah, dan aku sudah mulai layu, … lelah menulis dan mata jadi sayu
meski di beranda ini berhembus sang bayu, … menyentuh seakan bujuk merayu
bahkan membawa singgah wajah si kemayu, … diiring senandung mendayu
bahkan andai pun padaku datang burung jatayu, … aku pasti tidak lagi rahayu
jangan lagi mengatakan dirgahayu, … yang aku butuh hanya sebatang kayu
penyanggah tubuhku yang kuyu, … lemas dan tidak mampu lagi mengguyu
dan untuk adikku yang berwajah welas, … yang senatiasa memberi dengan ikhlas
karena memang dia gampang berbelas, … mungkin sulit aku untuk membalas
biar hujan semusim tidak akan terbilas, … kebaikan itu tidak akan pernah tergilas
kemarin tanggal enambelas, … bulan Mei duaribu duabelas
aku tidak lupa dan tetap ada terkilas, … aku tidak abai meski pun terpulas
meski aku baring di ubin tanpa alas, … tapi jiwaku masih tetap bisa mengulas
oleh dia aku pernah tersanjung, … ketika hidup ini jauh tidak di sanjung
meski merasa sendiri di gugusan tanjung, … di campakkan bengis di sebuah anjung
tidak pernah merasa kasih berkunjung, … padahal di posisi yang harus dijunjung
kini di kala hidup sudah menjelang ujung, … sesaat lagi tiba di penghujung
sebentar lagi selesai aksi di panggung, … kewajiban yang pernah ada di punggung
sudah usai setelah di tanggung, … kini dia membuatku sangat canggung
kini aku mau tidur berbaring, … setelah aku lama masuk dalam jaring
dalam cemas oleh mahluk tak bertaring, … dan setelah aku merasa lulus disaring
karena terjadi sepanjang hidup secara sering, … membuat badan kurus kering
meski nanti tanpa pengiring, … daripada cuma penggiring
biarkanlah aku tidur miring, … dan jangan bangunkan aku layaknya di atas ring
taburkan saja di pusaraku bunga kemuning, … dan sirami dengan air yang bening
kepada seorang sahabat, … bukan sanak bukan kerabat
tidak punya kuasa dan bukan pejabat, … tapi sering meraih tangan untuk dijabat
hati dan jiwa yang luka dia bebat, … kebaikannya bagai pohon berbuah lebat
tanpa pernah merasa diri hebat, … dan tidak suka masalah dibawa beradu-debat
lara dalam hidup ini bagai terobat, … sering mengingatkan bagaimana bertobat
prihatin melihat hidup berakrobat, … itulah, sahabat yang disebut sobat
sedih melihat hidup tidak mujur, … tapi itulah yang terlanjur
ketika tahu badan kacau tidur terbujur, … dia sering memberi pemanjur
dia sering berkata jujur, … kalau ini adalah suatu jalan yang Dia anjur
jangan lagi hidup tambah dijelujur, … jangan lagi tubuh rapuh dibiarkan di sekujur
jangan lagi badan jadi hancur, … peluh dan darah bercampur mengucur
biar diri dipandang seperti kencur, … dia menghibur dengan mengirim kue cucur
dengan rendah hati tapi jiwa besar, … aku mau bertutur dalam bahasa Makassar
biar bukan bahasa sastra sejak era Julius Caesar, … tapi bukan juga bahasa pasar
kalimatnya di tata tidak kasar, … dan jangan sampai membuat rasa gusar
kata-katanya hanya berkisar, … yang diucapkan sehar-hari berpusar
ringan diucapkan dan punya sasar, … dan jangan membuat ada rasa penasar
agar mengartikannya tidak kesasar, … terjemahannya ada sesudah kalimat dasar
passabakkang terasa’ inakke na ikau, … karena keras di hati aku dan dikau
na kubellamo a’lampa kalau’, …kini aku jauh sudah terhalau
tassunge’ngekka’ angngarru’ ta mappirau, … terisak aku tanpa tangisan-parau
lanri ka paccau-cau, … karena ejekan yang berkicau
kammaya tompa na pakkau-kau, … dan amarah yang menceracau
kodimi ri nyawa lanri gau’, … perilaku yang melukakan hati dan menggalau
takkajannaka’ a’lampa ana’-kukang, … aku terhenyak bagai piatu terbuang
ri se’re wattu sallang, … suatu ketika nanti menjelang
naki akkulle ammotere’ sileporang, … kembali bersama setelah amarah hilang
nia’ resseng siagang pakkuta’nang, … ada kilas tanya yang membuat tidak tenang
lanri taena bulaeng pa’barang-barangngang, … karena tiada harta emas gemilang
passangngali pangngai bawang, … kecuali cinta dan kasih sayang
apanjo niaka nikakodiang ri nyawa, … apa yang meninggalkan luka di jiwa
niboliki nasikamma na nipairawa, … biarlah disisip jauh kedalam jangan lagi dibawa
apamo sallang nakana tauwa, … kelak cuma jadi cibiran orang dalam tawa
kodimi nipasulu’ ri bawa, … tidak elok lagi diucapkan dengan jumawa
bolikamma nibajiki ri nawa-nawa, … biarlah dikenang saja dengan legawa
na taena kikamma jawa-jawa, … jangan seperti orang yang hilang wibawa
anjo niaka nikakodiang ri pa’mai’, … yang terasa sakit di hati bersemai
pelaki bella na tena ki tassuma’-mai’, … buanglah jauh agar terasa damai
punna tena nakkulle nikammai, … andai tak mungkin jadi milik yang dipunyai
maemaki’ na nipasangkammai, … biarlah elegan agar bisa dipersamai
sollanna naki kanang-kanang a’mai, … agar elok menghela nafas terasa permai
na anjo larroa ri nyawa nilammai, … biar amarah di hati surut tidak lagi ramai
the show must go on, … yang diperankan harus terus dilakon
and I swear by the moon, … pada bulan sesuai yang aku mohon
I still love without won, … aku bisa cinta tanpa harus jadi aikon
but what’a going on, … namun apa kejadian yang dipertonton
my story of life just like a balloon, … kisah hidup ku tidak lebih sebuah balon
flying everywhere hopeless and non, … kesana sini tiada asa bagai si blo’on
yang diatas itu cuma introducing, … ibarat kisah tikus yang tidak takut kucing
diuraikan saja meski tidak mecing, … tapi mohon jangan dibaca sambil kencing
meski tidak pedas seperti sayur pelecing, … tapi bisa meninggalkan gemerincing
jadi biar keadaan sudah meruncing, … jangan panik hingga jatuh terjengking
jangan sampai terpancing, … dan terjebak riuh oleh suara yang melengking
memakai baju selalu salah lubang kancing, … karena mata setengah memicing
jangan sampai disangka perawan ting-ting, … tau-tau bunting
sudahlah! dibuat saja ending, … yang di bawah ini baru interesting
tentang dua tangan, … yang kiri dan kanan
…. bukan cerita diangan-angan, … tapi ini kebenaran
meski pun hidup susah, … hidup tidak di tempat yang basah
… karena tangan itu milik yang sah, … biarkan dia menjadi madrasah
ketika tangan kanan sakit dan kehilangan fungsi
… maka tangan kiri tidak pernah menolak menggantikan tanpa sangsi
ketika tangan kanan menggenggam dendeng-ragi
… maka tangan kiri rela kebagian limbah di kamar kecil besok pagi
ketika tangan kiri dalam tugas harus belepotan ampas
… maka tangan kanan yang akan datang santun membilas
ketika tangan kanan tidak mampu mengangkat beban
… maka tangan kiri membantu tanpa ada rasa enggan
ketika di jari manis tangan kiri melingkar cincin bertatahkan berlian
… maka tangan kanan ikhlas dan suka-rela melingkarkan
ketika di pergelangan tangan kiri dipasangkan jam bernuansa antik
… maka tangan kanan yang riang-gembira sambil menjentik
yang dapat pujian tangan kiri yang tampil anggun cantik
… tetapi tangan kanan tidak berkecil hati apalagi sirik
ketika menghitung sampai sepuluh dengan jari tangan kanan
… maka tangan kiri tidak menolak untuk melengkapi hitungan
kalau rasa dingin datang menyerang sekujur badan
… maka kedua tangan bersedekap di dada agar saling menghangatkan
ketika tangan kiri letih menjinjing sebakul jenang
… maka tangan kanan mau menggantikan dengan hati senang
ketika tangan kanan bertugas mengarahkan telunjuk
… maka tangan kiri percaya dan tidak akan ikut menunjuk
kalau tangan kanan mengacungkan jempol untuk memuji sesama
… maka tangan kiri mempertegas dengan melakukan hal yang sama
ketika tangan kanan menuliskan sesuatu di atas kertas bermaterai
… maka tangan kiri menjaga dan memegang agar kertas tidak cerai-berai
ketika tangan kanan memegang sendok
… tangan kiri pasti aman tidak akan kena sodok
di saat yang sama ketika tangan kiri memegang garpu
… tangan kanan tidak akan di tusuk dengan gerak tipu
malah yang terjadi adalah sebuah sinergi dalam sebuah kinerja
… kedua tangan sedang mengobok berbagai hidangan di atas meja
di saat harus bergembira dan bertepuk
… maka kedua tangan akan rela telapaknya saling menepuk
andai ada salah satu yang enggan
… bagaimana kegembiraan bisa tergambarkan
jadi kegagalan dalam cinta disebut bertepuk sebelah tangan
… itulah tangan yang sehidup semati, dunia akhirat berpasangan
kemana tangan kanan pergi, tangan kiri ikut tanpa diminta
… jika tangan kiri yang pergi, tangan kanan pasti turut serta
apa pun kekurangan tangan kanan
… tangan kiri tidak akan menggugat di pengadilan
apa pun kekurangan tangan kiri yang jadi obsesi
… tangan kanan tidak ingin agar yang bersangkutan diamputasi
karena kedua tangan ini punya sifat sejati
… sadar kalau semua yang terjadi adalah sesuatu yang kodrati
keduanya hanya suka bersinergi dalam inspirasi
… semoga terhindar dari segala macam konspirasi
jadi kenapa tidak ada yang mau belajar dari perilaku kedua tangan?
… agar terhindar dari banyak pantangan?
kenapa tidak berlaku seperti tangan yang elegan
… agar jangan mati terasa enggan, hidup pun merasa segan
tapi tangan jangan diajak ke jalan sesat
… karena kerja sama keduanya demikian pesat
ketika tangan yang kanan dalam gelap malam meraba-raba tembok
… tangan yang kiri akhirnya nyasar pada sebuah gembok
jika tangan yang kanan menanda tangani mark-up di sehelai kertas kop
… sementara tangan yang kiri tidak saru menerima titipan amplop
ketika tangan kanan dengan sesama tangan kanan erat saling jabat
… tangan kiri sesama tangan kiri diam walau tahu sebentar ada yang diembat
tapi jangan menyalahkan kedua tangan
… karena pikiran kotor yang pegang peranan
Makassar, 16 Mei 2012
terima kasih pada Tuhanku yang give and forgive
dan titip salam buat kaumku yang get and forget
juga pada rasa cintaku yang ever and forever
dari aku yang bernyanyi pilu karena divorced by forced

http://www.kukaerokiko.com/puisi-terpanjang-sejagat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By VungTauZ.Com